Bunda, rumah kita adalah pondasi sebuah bangunan peradaban, dimana kita berdua bersama suami, diberi amanah sebagai pembangun peradaban melalui pendidikan anak-anak kita. Oleh karena itu sebagai orang yang terpilih dan dipercaya oleh yang Maha Memberi Amanah, sudah selayaknya kita jalankan dengan sungguh-sungguh.
Maka tugas utama kita sebagai pembangun peradaban adalah mendidik anak-anak sesuai dengan kehendakNya, bukan mencetaknya sesuai keinginan kita.
Sang Maha Pencipta menghadirkan kita di muka bumi ini sudah dilengkapi dengan “ misi spesifiknya ”, tugas kita memahami kehendakNya.
Kemudian ketika kita dipertemukan dengan pasangan hidup kita untuk membentuk sebuah keluarga, tidak hanya sekedar untuk melanjutkan keturunan, atau hanya sekedar untuk menyempurnakan agama kita. Lebih dari itu, kita bertemu dengan suami dan melahirkan anak-anak, adalah untuk lebih memahami apa sebenarnya “ peran spesifik keluarga” kita di muka bumi ini.
Hal ini yang kadang kita lupakan, meski sudah bertahun-tahun menikah.
Darimana kita harus memulainya?
PRA NIKAH
Buat anda yang masih dalam taraf memantaskan diri agar mendapatkan partner membangun peradaban keluarga yang cocok, mulailah dengan tahapan-tahapan ini:
a. Bagaimana proses anda dididik oleh orangtua anda dulu?
b. Adakah yang membuat anda bahagia?
c. Adakah yang membuat anda “sakit hati/dendam’ sampai sekarang?
d. Apabila ada, sanggupkah anda memaafkan kesalahan masa lalu orangtua anda, dan kembali mencintai, menghormati beliau dengan tulus?
Kalau empat pertanyaan itu sudah terjawab dengan baik, maka melajulah ke jenjang pernikahan.
Tanyakan ke calon pasangan anda ke empat hal tersebut, minta dia segera menyelesaikannya.
Karena,
ORANG YANG BELUM SELESAI DENGAN MASA LALUNYA , AKAN MENYISAKAN BANYAK LUKA KETIKA MENDIDIK ANAKNYA KELAK
NIKAH
Untuk anda yang sudah berkeluarga, ada beberapa panduan untuk memulai membangun peradaban bersama suami anda dengan langkah-langkah sbb:
- Pertama temukan potensi unik kita dan suami, coba ingat-ingat mengapa dulu anda memilih “dia” menjadi suami anda? Apa yang membuat anda jatuh cinta padanya? Dan apakah sampai hari ini anda masih bangga terhadap suami anda?
- Kedua, lihat diri kita, apa keunikan positif yang kita miliki? Mengapa Allah menciptakan kita di muka bumi ini? Sampai kita berjodoh dengan laki-laki yang sekarang menjadi suami kita? Apa pesan rahasia Allah terhadap diri kita di muka bumi ini?
- Ketiga, lihat anak-anak kita, mereka anak-anak luar biasa. Mengapa rahim kita yang dipilih untuk tempat bertumbuhnya janin anak-anak hebat yang sekarang ada bersama kita? Mengapa kita yang dipercaya untuk menerima amanah anak-anak ini? Punya misi spesifik apa Allah kepada keluarga kita, sehingga menghadirkan anak-anak ini di dalam rumah kita?
- Keempat, lihat lingkungan dimana kita hidup saat ini. Mengapa kita bisa bertahan hidup dengan kondisi alam dimana tempat kita tinggal saat ini? Mengapa Allah menempatkan keluarga kita disini? Mengapa keluarga kita didekatkan dengan komunitas-komunitas yang berada di sekeliling kita saat ini?
Empat pertanyaan di atas, apabila terjawab akan membuat anda dan suami memiliki “ _misi pernikahan_” sehingga membuat kita layak mempertahankan keberadaan keluarga kita di muka bumi ini.
ORANGTUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)
Buat anda yang saat ini membesarkan anak anda sendirian, ada pertanyaan tambahan yang perlu anda jawab selain ke empat hal tersebut di atas.
a. Apakah proses berpisahnya anda dengan bapaknya anak-anak menyisakan luka?
b. Kalau ada luka, sanggupkah anda memaafkannya?
c. Apabila yang ada hanya kenangan bahagia, sanggupkah anda mentransfer energi tersebut menjadi energi positif yang bisa menjadi kekuatan anda mendidik anak-anak tanpa kehadiran ayahnya?
Setelah ketiga pertanyaan tambahan di atas terjawab dengan baik, segeralah berkolaborasi dengan komunitas pendidikan yang satu chemistry dengan pola pendidikan anda dan anak-anak.
Karena,
IT TAKES A VILLAGE TO RAISE A CHILD
Perlu orang satu kampung untuk mendidik satu orang anak
Berawal dari memahami peran spesifik keluarga kita dalam membangun peradaban, kita akan makin paham apa potensi unik produktif keluarga kita, sehingga kita bisa senantiasa berjalan di jalanNya.
Karena
Orang yang sudah berjalan di jalanNya, peluanglah yang akan datang menghampiri kita, bukan justru sebaliknya, kita yang terus menerus mengejar uang dan peluang
Tahap berikutnya nanti kita akan makin paham program dan kurikulum pendidikan semacam apa yang paling cocok untuk anak-anak kita, diselaraskan dengan bakat tiap anak, potensi unik alam sekitar, kearifan lokal dan potensi komunitas di sekitar kita.
Kelak, anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya dan mendidik anak, bukanlah sesuatu yang terpisahkan, sehingga harus ada yang dikorbankan
Semuanya akan berjalan beriring selaras dengan harmoni irama kehidupan.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi IIP/
SUMBER BACAAN
Agus Rifai, Konsep,Sejarah dan Kontribusi keluarga dalam Membangun Peradaban, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Muhammad Husnil, Melunasi Janji Kemerdekaan, Jakarta, 2015
Kumpulan artikel, Membangun Peradaban, E-book, tanggal akses 24 Oktober 2016
SESI TANYA JAWAB :
1. Teh, saya belum menikah dan mau bertanya bagaimana caranya memperbaiki komunikasi dengan orangtua terutama ibu? Dari kecil sampai sma sampai dengan lulus kuliah saya dekat sekali dengan ibu. Namun ketika saya melanjutkan kuliah komunikasi ibu dan saya mulai tidak baik. Saya sudah meminta restu untuk kuliah jadi rasanya ketika ibu marah marah ga jelas itu bukan karena saya melanjutkan studi. Seringkali ketika diskusi seputar masa depan seperti pernikahan dan pekerjaan beda pendapat, saya sudah berusaha untuk menyampaikannya sebaik mungkin tapi seringkali ibu merasa di serang oleh saya atau merasa tidak dihargai oleh saya padahal saya sudah menyampaikan dengan baik baik supaya tidak menyinggung perasaannya. Hal ini menyebabkan saya lebih sering menyendiri karena setiap berusaha meluangkan quality time itu berujung dengan keributan. Indah harus bagaimana ya teh? Jalan bareng udah, ngobrol santai udah tapi cuman bertahan sehari dua hari. Bagaimana ya cara memperbaiki komunikasi dengan orangtua?
*kondisi ibu sudah berusia 60thn
➡ Bismillah....
Maksud teh Indah lanjut S2?
Trus ibunya teh Indah tdk setuju kalau teh Indah lanjut kuliah?
Sebagai orang tua, apalagi sudah sepuh, biasanya mereka akan lebih senang didengarkan cerita2nya...
Jadi saat ngobrol santai, coba teh Indah belajar mendengarkan apa yang ibu teh Indah sampaikan, hanya mendengarkan, dan apresiasi...
Andaikata ada sesuatu yang tidak disetujui, terima saja (acceptance). Katakan dalam hati "ya, saya terima pernyataan ibu, dan saya juga terima kalau saya tidak setuju dengan pernyataan ibu."
Coba untuk beberapa kali saat ngobrol sama ibu... kemudian amati apa yang terjadi dengan hubungan komunikasi teh Indah dengan ibu.
Tataplah ibu teh indah seperti baru pertama kali bertemu, lihatlah segala kebaikannya, lihatlah beliau yang telah berjuang mengandung, melahirkan, membesarkan, mendidik teh Indah dengan susah payah...
Strategi lain, jika memungkinkan, coba gali info dari pihak lain yang terdekat dengan ibu. Mungkin ayah atau kakak/adik dari teh Indah bisa membantu memberikan jawaban, apa yang sebenarnya ibu harapkan dari teh Indah. Bisa jadi diperlukan mediator untuk menjembatani komunikasi dengan ibu ✅
2.
1. Bagaimana cara memperbaiki perlakuan orang tua yg kurang baik? InsyaAllah fase memaafkan sudah dilewati. Namun hal ini baru disadari setelah menikah dan setelah memiliki anak. Harapannya perlakuan tsb tidak terulang pada adik. Contoh perlakuan kurang baik: menjelekkan anak di depan orang lain, membandingkan prestasi/pekerjaan anak dengan org lain, mengatakan bahwa anak tsb tidak akan bisa mencapai yg ia inginkan dst.
➡
Subhanallah... Alhamdulillah klo teh Aul sudah melewati fase memaafkan, karena itu suatu proses yang tidak mudah bagi seseorang.
Teteh yang baik, Bagaimanapun, kita tidak bisa mengubah orang lain, apalagi orang tua.
Menyadarkan diri sendiri saja butuh proses, apalagi menyadarkan orang lain.
Yang mungkin bisa teh Aul lakukan adalah memberi pengertian kepada adik teh Aul untuk bisa menerima dan memaafkan sikap buruk orang tua tersebut. Dan menularkan proses memaafkan yg sudah dilewati oleh teh Aul. Walaupun mungkin proses yang akan dilewati oleh adik teh aul akan berbeda. Paling tidak teh Aul sudah memberikan perhatian yang lebih yang mungkin sangat dibutuhkan oleh adik teh Aul. ✅
Terkait pertanyaan teh Indah dan teh Aul, berikut ada pertanyaan yang serupa. Tekniknya mungkin bisa diadaptasi.
"kita hrs menyelesaikan masa lalu kita", mungkin ini yg dimaksud dg inner child, istilah yg saya dapatkan ketika membaca ulasan seorang psikolog, ibu Elly Risman.
sebenarnya saya masih kurang paham, apa sih inner child itu? hal spt apa yg dikatakan bahwa kita harus menyelesaikannya? lalu menyelesaikan dg cara yg bgmn?
mohon pencerahannya ya mbak Farda dan mbak Dyah. terima kasih ☺
Benar mb Juwi, innerchild itu sisi terdalam diri kita. Sisi ke"Aku" an yg dulu tumbuh diawal2 masa awal kehiduoan penuh dg keegoan yg selalu minta dipuaskan. Cara berdamainya, salah satunya sering2lah menjeda diri dari rutinitas, berbicara kpd diri sendiri (self talk), jika tidak bisa bs gunakan metode terapi "kursi kosong" umpamakan ada sosok orang/sitausi yg tdk nyaman untuk diajak bicara. Jika sosok/kejadian tsb adlh ibu kita maka bayangkan kita bicara pd ibu seolah2 sosok itu hadir dan mendengarkan apapun dr hati kita. Kita coba dengarkan apa isi terdalam hati kita, keluarkan semua lalu closing dg pernyataan memaafkannya. Yakinlah ortu kita pasti pd posisi yg selalu ingin yg terbaik untuk anaknya, walau cara dan situasinya membuat mereka kdg bersikap atau memilih sikap yg membuat kita tdk nyaman. ✅
Sejak umur berapa anak mulai terlihat potensi / bakat uniknya,dan bagaimana ciri anak mempunyai bakat tersebut?
Bagaimana sikap kita sebagai ibu dalam mengarahkan potensi/ bakat anak?
Terimakasih
➡
Teh Michelle... bagi orang yang sudah mendalami bakat dan potensi, mungkin bisa mengamati bakat dan potensi unik anak sejak lahir.
Mengamati bakat dan potensi unik seorang anak diperlukan observasi setiap hari. Kuncinya adalah berikan stimulus sesuai dengan usia dan perkembangan anak.
Untuk ciri-ciri bakat tertentu, saat ini banyak sekali tools dan referensi yang bisa dipakai untuk menggali potensi unik anak-anak kita. Silahkan dipilih mana yang paling cocok.
Pesan : jangan pernah ingin "mengarahkan" bakat anak sesuai dengan mimpi kita. Tapi menggali keunikan anak-anak kita itu yang paling tepat. Karena setiap anak sudah diberikan softwarenya masing-masing oleh Allah. Kita tinggal menginstall dan mengembangkannya. ✅
Bgmn cara mempertahankan misi parenting kami agar tetap stabil, misalnya lbh mementingkan pend. karakter dan akhlak..serta cara membesarkan hati anak..ketika di lingkungan sekolahnya lbh mengapresiasi pada kemampuan2 otak kanan..misal calistung.
➡
Keren sekali misi parentingnya teh Stephanie...
Langkah pertama yang bisa kita lakukan adalah bertanya pada anak apakah merasa nyaman dengan sekolahnya?
Klo merasa nyaman, lanjutkan sekolahnya...
Untuk pendidikan karakter dan akhlak, kitalah orang tua yang wajib memberikannya kepada anak-anak kita. Atau saya lebih senang dengan mendiskusikannya bersama dengan anak kegiatan apa yang disukai yang bisa dilakukan di luar jam sekolah. Tetap dampingi sampai anak usia 12 tahun.
Yang tak kalah penting adalah komunikasikan misi pendidikan kita dengan pihak sekolah. Keselarasan antara misi keluarga dengan sekolah, perlu menjadi tolok ukur kita dalam menemukan sekolah yang sesuai untuk anak. Sehingga tercipta kerjasama yang sinergis, bukan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak pada sekolah. ✅
Saya sudah mencoba menjawab semua pertanyaan yg ada di materi. Ketika sampai di pertanyaan "adakah yang membuat anda bahagia?" saya berfikir keras u/menjawab ini karena semua jawaban tetap tidak ada yang lebih dominan dibanding banyaknya jawaban dari pertanyaan iniππ»ππ»"adakah rasa sakit hati/dendam sampai sekarang? "
Saya tersadar kembali bahwa saya belum sepenuhnya berdamai dengan masa lalu. Sakitnya tak kunjung hilang (sya fikir sudah hilang...naudzubillah ππ)
Pertanyaannya:
Apa yang harus saya lakukan untuk berdamai dengan masa lalu ini??mulut saya memafkan,hati senantiasa beristigfar, dan senantiasa berdoa yg terbaik.tapi masih membekas ☹ (maaf kepanjangan materinya jleb pisan π)
➡
Ini jawaban teh Ai :
Seperti kayu yang ditusuk paku, walaupun pakunya sdh diangkat, tapi lubangnya tetap ada ya teh mutia?
Tapi klo pakunya ditusukkan ke air, ada bekasnya ga?
Jadi tergantung apakah hati kita terbuat dari paku atau dari air ? He... mikir lagi deh...
Sejujurnya, saya juga belum benar-benar sembuh dari trauma pengasuhan masa lalu (karena bukan hanya trauma masa kecil, tapi juga trauma beberapa waktu yang lalu). Penyembuhan ini memang butuh proses, kesungguhan, latihan yang tepat dan didampingi oleh ahlinya.
Ada beberapa proses yang bisa kita lakukan, diantaranya :
1. belajar menerima (ikhlas) bahwa kita pernah terluka dan sakit hati.
2. Belajar memaafkan kesalahan diri sendiri dan kesalahan orang lain.
3. Belajar menyayangi diri sendiri dan orang lain.
4. Belajar melepaskan harapan-harapan terhadap diri sendiri dan orang lain. ✅
Teh Mesa, kalau mau lihat sumber bacaan dari tulisan di atas, saya sebaiknya menghubungi siapa ya ? Terutama yg kumpulan artikel membangun peradaban.
Nuhun Teh π ➡
Materi disusun oleh bu Septi n tim, teh. Untuk kumpulan artikel, info dari bu Septi, merupakan ebook berbayar. ✅
Saya & suami menikah bulan Januari 2014, Alhamdulillah sudah dikaruniai seorang anak laki2 yg kini usianya 2 tahun & calon adik yg masih dlm rahim.
Saya kesulitan menjawab, potensi unik apa yg dimiliki saya & suami? Kami merasa belum menemukan potensi yg bisa membuat sesuatu yg khas & bermanfaat. Kami merasa ada bagian pola asuh kami yg terlewat di masa lalu, kami tdk mengenali passion kami, ikigai kami. Kami hanya berikhtiar utk jadi "orang baik" tapi belum menemukan "peran spesifik" kami. Bagaimana kah kami bisa menemukan itu? Apakah mengikuti berbagai tes psikologi, seperti talents mapping, sidik jari, dll bisa memberikan manfaat yg signifikan dlm hal ini?
Hatur nuhun. Maaf kepanjangan ππ
➡
Teh Ulfah merasa bingung ya...
Sama, saya juga dulu juga merasa bingung. Tidak apa2, namanya juga proses.
Saran saya ngobrol terus sama suami. Tentang kelebihan masing2, alasan kenapa dulu merasa saling tertarik antara satu dengan yang lain, nostalgia gitu.... klo lagi ngobrol dulu seringnya ngobrol tentang apa? Tentang rencana masa depan mau seperti apa? Sampai nanti ditemukan 'AHA' momentnya...
Oh, berarti ini ya, yang menjadi sisi unik keluarga kita...π
Dan tentu saja, Talents Mapping sangat membantu untuk menemukan bakat dominan dari masing2 pasangan, sehingga bisa berbagi peran masing2 dalam membentuk home team.
Dengan sering ngobrol, kita dan suami makin klik. Menyamakan Frame of Reference dan Frame of Experience. ✅
1.bagaimana cara menemukan potensi unik dan keunikan positif kita dgn pasangan?
2."kelak anda akan membuktikan bahwa antara pekerjaan, berkarya&mendidik anak bukanlah sesuatu yg terpisahkan sehingga harus ada yg dikorbankan"saya merasa ditegur keras dgn kutipan itu krn mendidik anak msh mnjadi sampingan bhkn dikorbankan stlh karir(pekerjaan)ttpi untuk menjadi fulltime mom krn bbrp hal msh blm bs terlaksana, apa yg sebaiknya saya lakukan spy bs sinkron sperti itu?
➡
Pertanyaan teh Tini dan teh Ulfah sama ya...
Jadi jawabannya kurang lebih seperti itu, ngobrol dengan pasangan, ngobrol dengan diri sendiri...
Bisa dengan menjawab pertanyaan, sewaktu saya masih kecil permainan apa yang paling sering saya lakukan dan saya sukai, biasanya ada hubungannya dengan potensi unik diri kita.
2. Seorang ibu yang bekerja di ranah publik dan domestik sekaligus memerlukan energi yang dobel juga. Kalau kita tampil cantik di tempat kerja, kita juga harus lebih cantik saat bersama anak, kalau kita bersemangat di tempat kerja tentunya bersama anak harus lebih bersemangat. Siapkan amunisi saat akan meninggalkan anak seperti hari ini anak akan makan apa, menu mainnya apa...
Jika memang harus menitipkan anak kita kepada orang lain (orang tua/asisten) pastikan mereka adalah orang yang mau belajar. Jelaskan bagaimana seharusnya mereka saat bersama anak kita. Berikan kepercayaan. Dan jangan lupa untuk tetap menitipkannya pada Sang Maha Menjaga. ✅
1. Saya masih ingat kenapa dulu saya memilih suami saya, tapi ternyata justru alasan itu yang membuat saya saat ini seakan merasa tersaingi. Gimana cara menerimanya dan mengembalikan alasan itu untuk menjadikan saya semakin jatuh cinta pada suami?
2. Saya dididik oleh orangtua yg sangat perhatian bahkan bisa dibilang "over", sedangkan suami dididik oleh keluarga yg terkesan "cuek". Saat awal2 menikah, saya sempat membandingkan perhatian kedua orang tua kami (sempat saya sampaikan ke suami saat emosi tak terkendali), terutama setelah anak pertama lahir.
Sampai saat ini pun kadang masih saya lakukan, walaupun hanya dalam hati. Gimana ya Teh cara menghilangkannya?
Haturnuhun teteh-teteh fasilitator π
➡
Teh Irna yang solehah, kami kurang faham dengan maksud merasa tersaingi.
Tapi dari cerita teh Irna, mungkin teh Irna masih menyimpan luka masa lalu (trauma), belum selesai dengan diri sendiri.
Oleh karena itu di pertanyaan kedua teh Irna menggambarkan kondisi auto pilot parenting (doing mode)
Mungkin pelatihan mindfulness bisa membantu mengatasi tantangan yang teh Irna hadapi saat ini. ✅
Tidak ada komentar:
Posting Komentar