Sabtu, 03 Desember 2016

Materi Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #4 MENDIDIK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Bunda, setelah kita memahami bahwa salah satu alasan kita melahirkan generasi adalah untuk membangun kembali peradaban dari dalam rumah kita, maka semakin jelas di depan mata kita, ilmu-ilmu apa saja yang perlu kita kuasai seiring dengan misi hidup kita di muka bumi ini. Minimal sekarang anda akan memiliki prioritas ilmu-ilmu apa saja yang harus anda kuasai di tahap awal, dan segera jalankan, setelah itu tambah ilmu baru lagi. Bukan saya, sebagai teman belajar anda di IIP selama ini, maupun para ahli parenting lain yang akan menentukan tahapan ilmu yang harus anda kuasai, melainkan DIRI ANDA SENDIRI

Apakah mudah? TIDAK.  Tapi yakinlah bahwa kita bisa membuatnya menyenangkan. Jadilah diri anda sendiri, jangan hiraukan pendapat orang lain. Jangan silau terhadap kesuksesan orang lain. Mereka semua selalu berjalan dari KM 0, maka mulai tentukan KM 0 perjalanan anda tanpa rasa galau.

Inilah sumber kegalauan diri kita menjalankan hidup, kita tidak berusaha memahami terlebih dahulu apamisi hidup kita sebagai individu dan apa misi keluarga kita sebagai sebuah komunitas terkecil. Sehingga semua ilmu kita pelajari dengan membabi buta dan  tidak ada yang dipraktekkan sama sekali. Semua seminar dan majelis ilmu offline maupun online kita ikuti, karena kekhawatiran tingkat tinggi akan ketertinggalan ilmu kekinian, tapi tidak ada satupun yang membekas menjadi jejak sejarah perjalanan hidup anda.

Check List harian sudah anda buat dengan rapi di Nice Homework#2, surat cinta sudah anda buat dengan sepenuh hati  di Nice Homework #3. Bagi yg sudah menemukan misi hidup dan misi keluarga, Misi tersebut sudah kita tulis besar-besar di dinding kamar, tapi anda biarkan jadi pajangan saja. Maka tsunami informasilah yang anda dapatkan, dan ini menambah semakin tidak yakinnya kita kepada kemampuan fitrah kita dalam mendidik anak-anak. 

Just DO It,
lakukan saja meskipun anda belum paham, karena Allah lah yang akan memahamkan anda lewat laku kehidupan kita.

Demikian juga dengan pendidikan anak-anak. Selama ini kita heboh pada Apa yang harus dipelajari anak-anak kita,  bukan pada Untuk apa anak-anak mempelajari hal tersebut Sehingga banyak ibu-ibu yang bingung memberikan muatan-muatan pelajaran ke anak-anaknya tanpa tahu untuk apa anak-anak ini harus melakukannya. 

Ada satu kurikulum pendidikan yang tidak akan pernah berubah hingga akhir jaman, yaitu 

PENDIDIKAN ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH

Tahap yang harus anda jalankan adalah sbb:

a.Bersihkan hati nurani anda, karena ini faktor utama yang menentukan keberhasilan pendidikan anda.
b. Gunakan Mata Hati untuk melihat setiap perkembangan fitrah anak-anak. Karena sejatinya sejak lahir anak-anak sudah memiliki misi spesifik hidupnya, tugas kita adalah membantu menemukannya sehingga anak-anak tidaka kan menjadi seperti kita, yang telat menemukan misi spesifik hidupnya.
c. Pahami Fitrah yang dibawa anak sejak lahir itu apa saja. Mulai dari fitrah Ilahiyah, Fitrah Belajar, Fitrah Bakat, Fitrah Perkembangan, Fitrah Seksualitas dll. 
d. Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai dengan sunatullah tahap perkembangan manusia. Analogkan diri anda dengan seorang petani organik.
e. Selanjutnya tugas kita adalah MENEMANI, sebagaimana induk ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, seperti petani menemani tanamannya. Bersyukur atas potensi dan bersabar atas proses. 

Semua riset tentang pendidikan ternyata menunjukkan bahwa semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh mendominasi dsbnya hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak alamiah dan berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.

f. Manfaatkan momen bersama anak-anak, bedakan antara WAKTU BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK. Bersama anak itu anda dan anak berinteraksi mulai dari hati, fisik dan pikiran bersama dalam satu lokasi. Waktu dengan anak, anda dan anak secara fisik berada dalam lokasi yang sama, tapi hati dan pikiran kita entah kemana.

g. Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan tahap perkembangannya, karena anak anda very limited special edition 

Bunda, mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi dsbnya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan, menguatkan fitrah anak kita sendiri.

Lebih penting mana membuat anak bergairah belajar dan bernalar atau menguasai banyak pelajaran, lebih penting mana membuat mereka cinta buku atau menggegas untuk bisa membaca.

Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan belajar mandiri sepanjang hidupnya. 

Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/



Sumber bacaan :
Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Antologi, Komunitas Ibu Profesional, Bunda Sayang, Surakarta, 2014
Materi Matrikulasi sesi #3, Membangun Peradaban dari Dalam Rumah, 2016


Sesi Tanya Jawab :

1. winny :
a. Teh, bisa dijelaskan lebih detail mengenai berbagai fitrah yang dibawa anak sejak lahir (fitrah ilahiah, fitrah bakat, dll)?
Seringkali mata hati kita tertutup akan fitrah anak karena tingginya tuntutan kebutuhan dan standar hidup saat ini. Bagaimana kita mengaktifkan kembali mata hati kita?
b. "Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin...".
Apakah pendidikan di sekolah formal termasuk alamiah, teh? Karena yang saya rasakan dan amati, banyak sekali ilmu2 (hardskills) yang diberikan di sekolah formal namun seringkali abai mengukur kemampuan tiap anak menerima ilmu tsb dikarenakan banyaknya murid yg harus diajar.
Saya sejak kecil selalu mempertanyakan hal ini -apakah ilmu2 ini akan saya ingat semua? - apakah semua ilmu2 ini akan bermanfaat bagi hidup saya kelak? - Dan jawaban yang saya temukan saat ini adalah "tidak, hanya sebagian saja ilmu yang saya ingat & manfaatkan". Karena itu saat ini saya ragu memasukkan anak saya ke sekolah formal.

teh Winny yang shalihah...
1. Mengacu dari buku FBE ust.Harry Santosa, inti fitrah manusia ada 4, yaitu :
a. Fitrah Keimanan
b. Fitrah Perkembangan
c. Fitrah Belajar
d. Fitrah Bakat

Keterangannya ada dalam gambar di bawah ini :

Seringkali mata hati kita tertutup akan fitrah anak karena tingginya tuntutan kebutuhan dan standar hidup saat ini. Bagaimana kita mengaktifkan kembali mata hati kita? dengan melakukan Tazkiyatunnafs secara berkesinambungan. Memandang anak kita seperti pertama kali kita melihatnya, mendampinginya sepenuh hati (menghadirkan 100% diri kita) melepaskan pengharapan kita terhadap anak-anak kita, tidak menitipkan mimpi-mimpi kita yang belum tercapai. Sebagai fasilitator, kita hanya memberikan stimulus pada anak kita tanpa memaksakan dan menjejalinya. Seperti kata Albert Einstein : "I never teach my puppils I only attempt to provide the conditions in which they can learn"
sumber : Materi SfHF (padepokan margosari.com)

b. "Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin...".
Apakah pendidikan di sekolah formal termasuk alamiah, teh? Karena yang saya rasakan dan amati, banyak sekali ilmu2 (hardskills) yang diberikan di sekolah formal namun seringkali abai mengukur kemampuan tiap anak menerima ilmu tsb dikarenakan banyaknya murid yg harus diajar.
Saya sejak kecil selalu mempertanyakan hal ini -apakah ilmu2 ini akan saya ingat semua? - apakah semua ilmu2 ini akan bermanfaat bagi hidup saya kelak? - Dan jawaban yang saya temukan saat ini adalah "tidak, hanya sebagian saja ilmu yang saya ingat & manfaatkan". Karena itu saat ini saya ragu memasukkan anak saya ke sekolah formal Wajar kalau saat ini teh Winny merasa ragu akan kurikulum yang diberlakukan di Indonesia saat ini. Untuk menyekolahkan anak di Sekolah formal maupun home schooling itu adalah pilihan, tapi jangan sampai menjadi pilihan orang tua, biarkan anak yang memilih. Untuk menentukan apakah anak perlu melalui sekolah formal atau HS, kita lihat dulu tujuan akhir (goal) pendidikan anak-anak kita. Diskusikan pada sang anak, apakah cita-cita mereka di masa yang akan datang (start from the finish line) tentunya itulah yang akan menentukan pilihan mereka.

Teringat cerita bu Septi saat anak-anak beliau menginjak usia sekolah, beliau menunjukkan sekolah A, B, C dst. Setelah itu, beliau memberikan pilihan pada anak-anaknya, mau di sekolah A, di sekolah B, atau tidak sekolah? Dan kemudian anak-anak beliau mengambil pilihan tidak sekolah.

2. πŸ™‹ Ummu tazkiya
Teh mau tnya.yg itu kan kurikulum sesuai fitrah.trus yg kurikulum sekolah ky sd gitu d kemanakan? Trus dpt ijazah nya gmn?sykrn Ummu Tazkiya yang bersemangat, kurikulum fitrah ini merupakan kurikulum wajib yang perlu kita berikan sebagai orang tua melalui HE (Home based Education) sesuai dengan tahapan usia. Sedangkan kurikulum sekolah, pihak sekolah yang memberikannya kepada murid sekolahnya. Tugas kita sebagai ortu dari anak yang bersekolah adalah mengajak pihak sekolah untuk seiring sejalan dengan misi pendidikan kita pada anak-anak.
Bu Septi pernah share saat beliau memasukkan mba Enes dan mba Ara ke sekolah formal. Langkah ini dilakukan karena anak-anak beliau membutuhkan aktivitas di organisasi sekolah (OSIS), maka beliau melobi pihak sekolah untuk memperbolehkan anak-anak beliau aktif dalam organisasi tsb, sedangkan urusan ketuntasan pelajaran menjadi tanggungjawab ortu sepenuhnya.

3. πŸ™‹Nur Aeni
Apa yang dimaksud dengan fitrah Ilahiyah, fitrah belajar, fitrah perkembangan, fitrah seksualitas?
Yang harus kita lakukan dlm mendidik anak adalah mengeksplor potensi anak/fitrah anak dan memaksimalkannya bukan memasukkan sesuatu kepada anak. Bagaimana halnya kita sekarang yg mempercayakan anaknya untuk bersekolah?
Penjelasannya ada pada gambar untuk jawaban no.1 tadi ya teh.
fitrah Ilahiyah sama dengan fitrah keimanan. Fitrah seksualitas sama dengan fitrah gender.
Jangan mempercayakan 100% pendidikan anak pada sekolah, karena dari sekolah mungkin hanya 10-25 % pendidikan anak yang sesuai dengan fitrah, bahkan ada yang mungkin tidak sesuai sama sekali.
catatan : pendidikan berbasis fitrah tidak sama dengan pendidikan Sekolah. pendidikan fitrah/HE itu tetap wajib dilaksanakan oleh setiap orang tua walaupun anaknya sekolah di pendidikan formal.

4. πŸ™‹πŸ» Puji
Akhir-akhir ini makin banyak pilihan anak bersekolah, sekolah negeri formal, sekolah plus islam, sekolah alam dan homeschooling, apakah ketika pemilihan tsb.anak juga diajak berdiskusi untuk memilih sekolah mereka?apakah lewat tes bakat,kepribadian dan sejenisnya bisa menentukan anak kita cocok bersekolah dimana?atau memang pemilihan jenis sekolah adalah sepenuhnya orangtua yg tentukan? Yup, yang menentukan anak sekolah dimana atau tidak sekolah adalah anaknya sendiri, bukan orang tua. tentukan dulu goalnya (Start from the finish line). Beri wawasan mengenai proses belajar seluas-luasnya pada anak, selanjutnya biarkan anak yang memilih. Toh yang menjadi kewajiban adalah menuntut ilmu sepanjang hayat, terlepas melalui jalur formal atau tidak.

5. πŸ™‹ Rika
Terkait mendidik anak dengan fitrah,kurikulum seperti apa/pembelajaran apa saja  yang harus pertama kali kita terapkan pada anak usia balita 2 & 4 tahun?
untuk anak usia 0-7 tahun pendidikan utama yang harus ditanamkan adalah
Iman, Ahlak, Adab dan Bicara. Referensinya bisa dilihat di berbagai buku-buku prenting, seperti Prophetic Parenting, Tarbiyatul Aulad, Mendidik Anak Cara Rasululloh dan sebagainya. Berikut contoh framework dari buku FBE :

6. πŸ™‹πŸ» Epi
1. Teh kalau blm punya anak bagaimana ya cara mengeksplorasi NHW 4 ini? Lalu Output nya berupa apa dari eksplorasi tsb?
2. Saat blm ada anak di tengah2 saya dan suami, kami juga sering berdiskusi ringan terkait pendidikan anak ke depannya bagaimana. Bagaimana ya teknis agar diskusi ini tercatat dengan baik? Apakah perlu adanya grand design pendidikan anak di keluarga secara khusus "tersurat"? Bagaimana kiat2 utk meningkatkan aktivitas membahas buku bersama suami terkait pendidikan anak, khususnya pendidikan anak berbasis fitrah?
1. NHW akan disesuaikan dengan kondisi peserta, seperti NHW sebelumnya, jangan khawatir. NHWnya kan belum diberikan.
2. Ini sangat bagus teh. Mempersiapkan amunisi pendidikannya sebelum anak lahir. Membekali diri untuk menyambut generasi pembangun peradaban yang akan diamanahkan. Maka, silahkan buat dokumentasi tersurat agar terekam apa yang sudah dan belum terbahas.
Kiatnya, mulai dari sub bahasan yang disukai kedua pihak. Bisa juga diajak dengan jadwal, semisal setiap tanggal pernikahan, kita bahas tentang pendidikan anak yuk Kang/Mas. Dijadwalkan, sebagai momen spesial 😁

7. πŸ™‹Maesaroh
Bagaimana agar supaya pola asuh kita kepada anak kita fokus berbasis fitrah. Kadang saya suka bingung sendiri, saya sudah tahu k4 fitrah tsb namun ketika dipraktikkan kpda anak malah jdi bngung.he.nuhun Mengalir saja, berikan stimulus sesuai dengan tahapan usia (bisa digunakan pedoman KPSP, ceklis perkembangan, Denver dsb), lihat prosesnya, jangan paksakan hasil. Tingkatkan frekuensi stimulus pada perkembangan tertentu yang kita nilai terlambat pada anak kita. Konsep fitrah diturunkan menjadi stimulasi teknis. Semisal untuk anak 2 tahun, membangkitkan fitrah keimanan dengan melibatkannya dalam aktivitas ibadah, membacakan kisah terkait Asmaul Husna. Membangkitkan fitrah belajarnya dengan membiasakan berkomunikasi dengan the power of question di setiap dialog, dsb

8. Tsara
a. Teh, gimana caranya kita mengevaluasi diri, apakah kita sdh menggunakan mata hati atau blm untuk melihat perkembangan fitrah anak? Apakah bisa dgn, misal, ketika kita memfasilitasi mereka dgn kegiatan yg kita nilai sudah sesuai dgn fitrah perkembangannya, dia terlihat nyaman dan senang?
b.Teh, bgmn caranya kita menghadirkan lingkungan belajar yang sealamiah mungkin di tengah2 lingkungan masyarakat yg punya demand tertentu dan secara tidak langsung mengendalikan anak2 kita dgn ekspektasi mereka?
a. Indikatornya adalah anak-anak cinta, ridho dan sangat bergairah dengan apa yang sedang dipelajarinya. Setelah itu tahan menghadapi segala tantangan yang dihadapinya  dan bisa mendapatkan solusi terbaik. Karena tidak semua yang dicintai itu harus berjalan indah, kadang ujiannya juga berat. Tapi karena ridho dan sesuai fitrah biasanya anak-anak tahan menghadapinya. Tugas kita para orangtua adalah

"kalau anak-anak panas, jangan buru-buru dikasih antibiotik"

Jadi kalau anak sedang menghadapi ujian hidup jangan buru-buru ditolong, biarkan dulu, siapa tahu  tubuhnya sedang membuat imunitas baru untuk kekebalan menghadapi ujian di bidang tersebut.

b. Jangan mudah tergoda dengan lingkungan luar, yakin dengan kemampuan fitrah kita dan anak-anak⁠⁠⁠⁠

-SPW-

9. πŸ™‹ citra
saya punya ank k 1 laki2 berusia 5 thn, ank saya agresif dan cenderung kasar, blm bs mengontrol kekuatannya, sampai kadang2 saya hanya bisa menangis kalo kk suka bercanda yg bisa membuat ddnya sakit, kk masi blm bs mengontrol emosinya, tp alhamdulillah sekarang sudah lbh berkurang dengan cara saya kasih analogi agar kk bisa lbh mengontrol kekuatannya, yang saya lakukan saya berusaha tenang dulu, kalo mgkn dd merasa sakit sekali, saya g bs marah sama kk saya hanya bisa menangis, dari situ kk lgsg minta maaf k ddnya. Saya tau sikap kk itu terproyeksi dr pola pengasuhan masa lampau, dan sekarang kk jg anknya lbh sensitive. Kk dan dd jaraknya 20 bln terlihat sekali ada kecemburuan, terlebih lg suami saya sikapnya lbh berbeda dgn dd prempuannya, itu yang bikin kk kurang nyaman dekat abinya. Terlebih lagi waktu kk baru ada kk, saya masi kerja d bdg ikut d mertua, suami saya tinggal d Jakarta, jadi banyak yg terduplikasi negatif pada saat itu oleh kk. Untuk  mendidik kk dengan sikap seperti itu  apa yg pertama-tama yang harus saya lakukan?kemudian waktu bln Juli kmrn kk ingin sekolah, karena d rumah jarang ada teman main dan saya jarang bisa ajak kluar bermain. Ternyata saya baru tau kalo d sekolah kk ditekankan calistung, sedangkan saya termasuk yg tidak mau diajarkan calistung, kecuali dgn penyampaian yg menyenangkan sambil bermain, jd mereka tidak sadar kalo mereka bermain sambil blajar, tapi di sekolah itu benar-benar ank2 sudah terbebani calistung dgn metode yg membebani. Untung saya lgsg diskusi dgn gurunya kalo kk tidak mau memperhatikan pelajaran itu tlg dibiarkan, dan saya kasih batasan apa yg boleh dan yg TDK boleh, alhamdulillah dgb berjalannya waktu sudah bisa terlewati, tp terus terang sampai skrg kk masih blm mau lepas dari saya, saya masi menunggu di kelas sedangkan ddnya yg pgn ikut-ikutan sekolah jg di paud sama dgn sekolah kk,dd lebih berani sendiri. Saya jg sering review dan ngobrol pelan2 pada saat keadaan hatinya sedang tenang dan senang, " kk suka g sekolah", suka katanya soalnya ada banyak teman, tapi yg masih suka bikin kk masih suka nangis ad temenya yg sikapnya kurang baik, kk masi suka sensitive, apakah keadaan itu tidak apa-apa buat kk? Bagaimana cara pendekatannya agar kk tidak gampang sensitif atau sedih dengan keadaan itu?⁠⁠⁠⁠ 

Super sekali ya teh Citra... Jujur saya belum pernah mengalami hal yang pernah dialami oleh teh Citra, karena anak saya baru satu. Tips saya, jadilah partner bermain yang menyenangkan bagi kk, buatlah moment-moment yang memorable (quality time). Jadilah teladan yang baik buat anak-anak. Apa yang teh Citra lakukan dengan bernegosiasi dengan pihak sekolah insyaAllah sudah tepat. Mangga barangkali teteh-teteh ada yanh mau menambahkan/punya pengalaman serupa.

10. πŸ™‹πŸ» Michelle
Bagaimana cara menanamkan sikap dasar (dari dalam rumah) agar nantinya anak dapat memfilter atau tidak terpengaruh hal- hal negatif dari lingkungan luar? 4 pilar utama dalam pendidikan adalah Iman, akhlak, adab dan bicara. Iman, akhlak, dan adab itu tidak bisa diajarkan hanya bisa ditularkan, oleh karena itu jadilah teladan. Kalau 4 pilar tersebut sudah tertanam kuat dalam diri anak-anak insyaAllah value keluarga akan terbawa kemanapun dia pergi. Seperti halnya memberi antibodi. Oleh karena itu, dampingi anak sampai usia 12 tahun (pra aqil baligh).
Jika memungkinkan, warnai lingkungan sekitar dengan hal positif yang kita miliki. Mengajak tetangga untuk bekerja sama mendidik anak dengan benar.

11. πŸ™‹πŸ» mira budi
Mohon penjelasan mengenai mengupayakan proses mendidik sealamiah mgkin sesuai sunatullah perkemb.manusia Tidak pernah menggegas dengan menambahkan berbagai macam hal2 yg tidak alamiah. Seperti petani organik, para petani ini ingin menemani tanaman itu tumbuh sesuai dg kehendakNya. Tidak memaksakan proses shg hasilnya dipaksakan sesuai kehendak kita sang perawat.

12. πŸ™‹πŸ» dewi
Saya merasa,blm tuntas di NHW 3.berulangkali sy renungkan...sptnya apa yg sy tulis di NHW 3 blm mewakili apa yg saya fahami.maka...apakah sy hrs mundur lg di NHW 3 ataukah bisa sambil jln di materi 4 ini.krn mungkin pijakannya ada NHW 3 menurut kami, NHW merupakan pertanyaan berkelanjutan yang jawabannya bisa jadi mengalami revisi setiap saat. Bisa terus berubah membersamai proses bertumbuh kita. Maka, revisi NHW 3 dan pengerjaan NHW 4 bisa berjalan beriringan. Tapi pilihan kami kembalikan pada peserta. 😊

13.seruni
a. sejak usia berapa bakat anak mulai terlihat atau di usia berapa kita mulai mengamati bakat-bakat alamiah anak?
kemarin sdh dijawab sama teh Elma, kalau kita benar2 peka dan memperhatikan sejak dini, usia 3 tahun sudah mulai terlihat.
b. mulai usia berapa anak bisa diajarkan /dikenalkan dengan pendidikan seks sejak dini? mulai dari perbedaan gender dan pengenalan alat kelamin.
Pendidikan seks dikenalkan pada anak secara bertahap, mulai dari mengenalkan perbedaan antara laki2 dan perempuan, perbedaan dalam penampilan (berpakaian), perbedaan anatomi bisa dikenalkan saat anak bisa membedakan kanan dan kiri.
  
14. πŸ™‹ Ulfah
a. "Bersihkan hati nurani.. Gunakan Mata hati..."
Bagaimana kita mengetahui hati nurani kita telah cukup bersih dan Bagaimana kita tahu hati kita telah menunjukkan ke arah yg tepat? Terus melakukan tazkiyatunnafs untuk menjaga kebersihan hati dan nurani. Saat hati kita bersih, tentunya perasaan kita akan tentram, penuh rasa syukur, tenang menghadapi tantangan dalam pengasuhan anak.
cmiiw.
B. Secara teknis, bagaimana menyusun kurikulum pendidikan dengan kekuatan fitrah? Adakah contoh semacam lesson plan nya?
Keterangan ada pada gambar

14. πŸ™‹ Ulfah
a. "Bersihkan hati nurani.. Gunakan Mata hati..."
Bagaimana kita mengetahui hati nurani kita telah cukup bersih dan Bagaimana kita tahu hati kita telah menunjukkan ke arah yg tepat? Terus melakukan tazkiyatunnafs untuk menjaga kebersihan hati dan nurani. Saat hati kita bersih, tentunya perasaan kita akan tentram, penuh rasa syukur, tenang menghadapi tantangan dalam pengasuhan anak.
B. Secara teknis, bagaimana menyusun kurikulum pendidikan dengan kekuatan fitrah? Adakah contoh semacam lesson plan nya?
Akan ada cluenya untuk mengarahkan

15. πŸ™‹ Farah Fatihah 
1. Bagaimana cara mengidentifikasi fitrah seorang anak, mengingat kekurang pekaan diri ini?
Saya jadi teringat pesan bu Septi terkait mendidik anak dengan ilmu. Beliau pernah menyampaikan, "Kita dipercaya sebagai penjaga amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu. Jadi orangtua yang belajar khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal yang LUAR BIASA karena tidak banyak orangtua yang melakukannya."
Maka, jika kita merasa belum bisa, mari berusahan supaya bisa. Jika merasa belum peka, mari mengasahnya supaya peka.

2. Dalam proses mendampingi anak, dirasa perlu stok sabar yang melimpah.
a. Bagaimana cara agar ketika masa haid melanda, emosi tetap stabil? ini dulu pernah terbahas saat webinar via wiziq. Intinya, kelola emosi kita jika PMS melanda, pasang strategi supaya anak tidak jadi korban.
b. Bagaimana cara membedakan dan menyikapi anak yang modus? "Misalnya, dia kepingin makan. Dan ketika makanan sudah siap, dia malah g mau. Terus makanannya kita simpen. Tp dia minta lagi, pas sama kita di kasih, dia gak mau lagi"? Mohon pencerahannya anaknya usia berapa teh? Bisa dengan mengajarkan konsekuensi. Misal, sebelum makan, kita ajak komitmen, "ini ummi siapkan makanan karena kk minta makan kan ya, kalau ngga dimakan, konsekuensinya kalau kk minta makan, ngga ummi kasih lagi ya? Sepakat?" Lalu ajak jabat tangan. Dan lakukan sesuai kesepakatan awal.

Kalau anak terbiasa dengan jadwal makan, kesepakatannya bisa dengan makanan hanya tersedia di jadwal makan tsb. Lepas dari itu, maka tidak ada makanan di meja. Sehingga, kalau kk tidak makan sesuai jadwal, akan lapar dan tetap tidak ada makanan meskipun kk minta.

Kata kunci : bangun kesepakatan di awal dan patuhi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar