Bunda, setelah kita memahami bahwa salah satu alasan kita
melahirkan generasi adalah untuk membangun kembali peradaban dari dalam rumah
kita, maka semakin jelas di depan mata kita, ilmu-ilmu apa saja yang perlu kita
kuasai seiring dengan misi hidup kita di muka bumi ini. Minimal sekarang anda
akan memiliki prioritas ilmu-ilmu apa saja yang harus anda kuasai di tahap
awal, dan segera jalankan, setelah itu tambah ilmu baru lagi. Bukan saya,
sebagai teman belajar anda di IIP selama ini, maupun para ahli parenting lain
yang akan menentukan tahapan ilmu yang harus anda kuasai, melainkan DIRI ANDA
SENDIRI
Apakah mudah? TIDAK. Tapi yakinlah bahwa kita bisa
membuatnya menyenangkan. Jadilah diri anda sendiri, jangan hiraukan pendapat
orang lain. Jangan silau terhadap kesuksesan orang lain. Mereka semua selalu
berjalan dari KM 0, maka mulai tentukan KM 0 perjalanan anda tanpa rasa “galau”.
Inilah sumber kegalauan diri kita menjalankan hidup, kita
tidak berusaha memahami terlebih dahulu apa“misi
hidup” kita sebagai individu dan apa “misi keluarga” kita
sebagai sebuah komunitas terkecil. Sehingga semua ilmu kita pelajari dengan
membabi buta dan tidak ada yang dipraktekkan sama sekali. Semua seminar
dan majelis ilmu offline maupun online kita ikuti, karena kekhawatiran tingkat
tinggi akan ketertinggalan ilmu kekinian, tapi tidak ada satupun yang membekas
menjadi jejak sejarah perjalanan hidup anda.
Check List harian sudah anda buat dengan rapi di Nice
Homework#2, surat cinta sudah anda buat dengan sepenuh hati di Nice
Homework #3. Bagi yg sudah menemukan misi hidup dan misi keluarga, Misi
tersebut sudah kita tulis besar-besar di dinding kamar, tapi anda biarkan jadi
pajangan saja. Maka “tsunami informasilah” yang anda dapatkan, dan ini menambah semakin tidak yakinnya
kita kepada “kemampuan fitrah” kita dalam mendidik anak-anak.
“Just DO It”,
lakukan saja meskipun anda belum paham, karena Allah lah
yang akan memahamkan anda lewat laku kehidupan kita.
Demikian juga dengan pendidikan anak-anak. Selama ini kita
heboh pada Apa yang harus dipelajari anak-anak kita, bukan pada Untuk apa anak-anak mempelajari
hal tersebut Sehingga banyak ibu-ibu yang bingung memberikan muatan-muatan
pelajaran ke anak-anaknya tanpa tahu untuk apa anak-anak ini harus
melakukannya.
Ada satu kurikulum pendidikan yang tidak akan pernah berubah
hingga akhir jaman, yaitu
PENDIDIKAN ANAK DENGAN KEKUATAN FITRAH
Tahap yang harus anda jalankan adalah sbb:
a.Bersihkan hati nurani anda, karena ini faktor utama yang
menentukan keberhasilan pendidikan anda.
b. Gunakan Mata Hati untuk melihat setiap perkembangan
fitrah anak-anak. Karena sejatinya sejak lahir anak-anak sudah memiliki misi
spesifik hidupnya, tugas kita adalah membantu menemukannya sehingga anak-anak
tidaka kan menjadi seperti kita, yang telat menemukan misi spesifik hidupnya.
c. Pahami Fitrah yang dibawa anak sejak lahir itu apa saja.
Mulai dari fitrah Ilahiyah, Fitrah Belajar, Fitrah Bakat, Fitrah Perkembangan,
Fitrah Seksualitas dll.
d. Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin sesuai
dengan sunatullah tahap perkembangan manusia. Analogkan diri anda dengan
seorang petani organik.
e. Selanjutnya tugas kita adalah MENEMANI, sebagaimana induk
ayam mengerami telurnya dengan merendahkan tubuh dan sayapnya, seperti petani
menemani tanamannya. Bersyukur atas potensi dan bersabar atas proses.
Semua riset tentang pendidikan ternyata menunjukkan bahwa
semakin berobsesi mengendalikan, bernafsu mengintervensi, bersikukuh
mendominasi dsbnya hanya akan membuat proses pendidikan menjadi semakin tidak
alamiah dan berpotensi membuat fitrah anak anak kita rusak.
f. Manfaatkan momen bersama anak-anak, bedakan antara WAKTU
BERSAMA ANAK dan WAKTU DENGAN ANAK. Bersama anak itu anda dan anak berinteraksi
mulai dari hati, fisik dan pikiran bersama dalam satu lokasi. Waktu dengan
anak, anda dan anak secara fisik berada dalam lokasi yang sama, tapi hati dan
pikiran kita entah kemana.
g. Rancang program yang khas bersama anak, sesuai dengan
tahap perkembangannya, karena anak anda “very
limited special edition”
Bunda, mendidik bukanlah menjejalkan, mengajarkan, mengisi
dsbnya. Tetapi pendidikan, sejatinya adalah proses membangkitkan, menyadarkan,
menguatkan fitrah anak kita sendiri.
Lebih penting mana membuat anak bergairah belajar dan
bernalar atau menguasai banyak pelajaran, lebih penting mana membuat mereka
cinta buku atau menggegas untuk bisa membaca.
Jika mereka sudah cinta, ridha, bergairah maka mereka akan
belajar mandiri sepanjang hidupnya.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
Sumber bacaan :
Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, Jogjakarta, 2013
Harry Santosa dkk, Fitrah Based Education, Jakarta, 2016
Antologi, Komunitas Ibu Profesional, Bunda Sayang,
Surakarta, 2014
Materi Matrikulasi sesi #3, Membangun Peradaban dari Dalam
Rumah, 2016
1. winny :
a. Teh, bisa dijelaskan lebih detail mengenai berbagai
fitrah yang dibawa anak sejak lahir (fitrah ilahiah, fitrah bakat, dll)?
Seringkali mata hati kita tertutup akan fitrah anak karena
tingginya tuntutan kebutuhan dan standar hidup saat ini. Bagaimana kita
mengaktifkan kembali mata hati kita?
b. "Upayakan proses mendidik yang sealamiah mungkin...".
Apakah pendidikan di sekolah formal termasuk alamiah, teh?
Karena yang saya rasakan dan amati, banyak sekali ilmu2 (hardskills) yang
diberikan di sekolah formal namun seringkali abai mengukur kemampuan tiap anak
menerima ilmu tsb dikarenakan banyaknya murid yg harus diajar.
Saya sejak kecil selalu mempertanyakan hal ini -apakah ilmu2
ini akan saya ingat semua? - apakah semua ilmu2 ini akan bermanfaat bagi hidup
saya kelak? - Dan jawaban yang saya temukan saat ini adalah "tidak, hanya
sebagian saja ilmu yang saya ingat & manfaatkan". Karena itu saat ini
saya ragu memasukkan anak saya ke sekolah formal.
➡ teh Winny yang shalihah...
1. Mengacu dari buku FBE ust.Harry Santosa, inti fitrah
manusia ada 4, yaitu :
a. Fitrah Keimanan
b. Fitrah Perkembangan
c. Fitrah Belajar
d. Fitrah Bakat
Keterangannya ada dalam gambar di bawah ini :
Seringkali mata hati kita
tertutup akan fitrah anak karena tingginya tuntutan kebutuhan dan standar hidup
saat ini. Bagaimana kita mengaktifkan kembali mata hati kita? ➡ dengan melakukan Tazkiyatunnafs secara berkesinambungan.
Memandang anak kita seperti pertama kali kita melihatnya, mendampinginya
sepenuh hati (menghadirkan 100% diri kita) melepaskan pengharapan kita terhadap
anak-anak kita, tidak menitipkan mimpi-mimpi kita yang belum tercapai. Sebagai
fasilitator, kita hanya memberikan stimulus pada anak kita tanpa memaksakan dan
menjejalinya. Seperti kata Albert Einstein : "I never teach my puppils I
only attempt to provide the conditions in which they can learn"
sumber : Materi SfHF (padepokan margosari.com)
b. "Upayakan proses mendidik
yang sealamiah mungkin...".
Apakah pendidikan di sekolah formal termasuk alamiah, teh?
Karena yang saya rasakan dan amati, banyak sekali ilmu2 (hardskills) yang
diberikan di sekolah formal namun seringkali abai mengukur kemampuan tiap anak
menerima ilmu tsb dikarenakan banyaknya murid yg harus diajar.
Saya sejak kecil selalu mempertanyakan hal ini -apakah ilmu2
ini akan saya ingat semua? - apakah semua ilmu2 ini akan bermanfaat bagi hidup
saya kelak? - Dan jawaban yang saya temukan saat ini adalah "tidak, hanya
sebagian saja ilmu yang saya ingat & manfaatkan". Karena itu saat ini
saya ragu memasukkan anak saya ke sekolah formal ➡ Wajar kalau saat ini teh Winny merasa ragu akan kurikulum
yang diberlakukan di Indonesia saat ini. Untuk menyekolahkan anak di Sekolah
formal maupun home schooling itu adalah pilihan, tapi jangan sampai menjadi
pilihan orang tua, biarkan anak yang memilih. Untuk menentukan apakah anak
perlu melalui sekolah formal atau HS, kita lihat dulu tujuan akhir (goal)
pendidikan anak-anak kita. Diskusikan pada sang anak, apakah cita-cita mereka
di masa yang akan datang (start from the finish line) tentunya itulah yang akan
menentukan pilihan mereka.
Teringat cerita bu Septi saat anak-anak beliau menginjak
usia sekolah, beliau menunjukkan sekolah A, B, C dst. Setelah itu, beliau
memberikan pilihan pada anak-anaknya, mau di sekolah A, di sekolah B, atau
tidak sekolah? Dan kemudian anak-anak beliau mengambil pilihan tidak sekolah.
2. π Ummu tazkiya
Teh mau tnya.yg itu kan kurikulum sesuai fitrah.trus yg
kurikulum sekolah ky sd gitu d kemanakan? Trus dpt ijazah nya gmn?sykrn ➡ Ummu Tazkiya yang bersemangat, kurikulum fitrah ini merupakan
kurikulum wajib yang perlu kita berikan sebagai orang tua melalui HE (Home
based Education) sesuai dengan tahapan usia. Sedangkan kurikulum sekolah, pihak
sekolah yang memberikannya kepada murid sekolahnya. Tugas kita sebagai ortu
dari anak yang bersekolah adalah mengajak pihak sekolah untuk seiring sejalan
dengan misi pendidikan kita pada anak-anak.
Bu Septi pernah share saat beliau memasukkan mba Enes dan
mba Ara ke sekolah formal. Langkah ini dilakukan karena anak-anak beliau
membutuhkan aktivitas di organisasi sekolah (OSIS), maka beliau melobi pihak
sekolah untuk memperbolehkan anak-anak beliau aktif dalam organisasi tsb,
sedangkan urusan ketuntasan pelajaran menjadi tanggungjawab ortu sepenuhnya. ✅
3. πNur Aeni
Apa yang dimaksud dengan fitrah Ilahiyah, fitrah belajar,
fitrah perkembangan, fitrah seksualitas?
Yang harus kita lakukan dlm mendidik anak adalah mengeksplor
potensi anak/fitrah anak dan memaksimalkannya bukan memasukkan sesuatu kepada
anak. Bagaimana halnya kita sekarang yg mempercayakan anaknya untuk bersekolah?
➡
Penjelasannya ada pada gambar untuk jawaban no.1 tadi ya
teh.
fitrah Ilahiyah sama dengan fitrah keimanan. Fitrah
seksualitas sama dengan fitrah gender.
Jangan mempercayakan 100% pendidikan anak pada sekolah,
karena dari sekolah mungkin hanya 10-25 % pendidikan anak yang sesuai dengan
fitrah, bahkan ada yang mungkin tidak sesuai sama sekali.
catatan : pendidikan berbasis fitrah tidak sama dengan pendidikan
Sekolah. pendidikan fitrah/HE itu tetap wajib dilaksanakan oleh setiap orang
tua walaupun anaknya sekolah di pendidikan formal. ✅
4. ππ» Puji
Akhir-akhir ini makin banyak pilihan anak bersekolah,
sekolah negeri formal, sekolah plus islam, sekolah alam dan homeschooling,
apakah ketika pemilihan tsb.anak juga diajak berdiskusi untuk memilih sekolah
mereka?apakah lewat tes bakat,kepribadian dan sejenisnya bisa menentukan anak
kita cocok bersekolah dimana?atau memang pemilihan jenis sekolah adalah
sepenuhnya orangtua yg tentukan? ➡ Yup, yang
menentukan anak sekolah dimana atau tidak sekolah adalah anaknya sendiri, bukan
orang tua. tentukan dulu goalnya (Start from the finish line). Beri wawasan
mengenai proses belajar seluas-luasnya pada anak, selanjutnya biarkan anak yang
memilih. Toh yang menjadi kewajiban adalah menuntut ilmu sepanjang hayat,
terlepas melalui jalur formal atau tidak. ✅
5. π Rika
Terkait mendidik anak dengan fitrah,kurikulum seperti
apa/pembelajaran apa saja yang harus
pertama kali kita terapkan pada anak usia balita 2 & 4 tahun? ➡
untuk anak usia 0-7 tahun pendidikan utama yang harus
ditanamkan adalah
Iman, Ahlak, Adab dan Bicara. Referensinya bisa dilihat di
berbagai buku-buku prenting, seperti Prophetic Parenting, Tarbiyatul Aulad,
Mendidik Anak Cara Rasululloh dan sebagainya. Berikut contoh framework dari
buku FBE :
6. ππ» Epi
1. Teh kalau blm punya anak bagaimana ya cara mengeksplorasi
NHW 4 ini? Lalu Output nya berupa apa dari eksplorasi tsb?
2. Saat blm ada anak di tengah2 saya dan suami, kami juga
sering berdiskusi ringan terkait pendidikan anak ke depannya bagaimana.
Bagaimana ya teknis agar diskusi ini tercatat dengan baik? Apakah perlu adanya
grand design pendidikan anak di keluarga secara khusus "tersurat"?
Bagaimana kiat2 utk meningkatkan aktivitas membahas buku bersama suami terkait
pendidikan anak, khususnya pendidikan anak berbasis fitrah? ➡
1. NHW akan disesuaikan dengan kondisi peserta, seperti NHW
sebelumnya, jangan khawatir. NHWnya kan belum diberikan.
2. Ini sangat bagus teh. Mempersiapkan amunisi pendidikannya
sebelum anak lahir. Membekali diri untuk menyambut generasi pembangun peradaban
yang akan diamanahkan. Maka, silahkan buat dokumentasi tersurat agar terekam
apa yang sudah dan belum terbahas.
Kiatnya, mulai dari sub bahasan yang disukai kedua pihak.
Bisa juga diajak dengan jadwal, semisal setiap tanggal pernikahan, kita bahas
tentang pendidikan anak yuk Kang/Mas. Dijadwalkan, sebagai momen spesial π
✅
7. πMaesaroh
Bagaimana agar supaya pola asuh kita kepada anak kita fokus
berbasis fitrah. Kadang saya suka bingung sendiri, saya sudah tahu k4 fitrah
tsb namun ketika dipraktikkan kpda anak malah jdi bngung.he.nuhun ➡ Mengalir saja, berikan stimulus sesuai dengan tahapan usia
(bisa digunakan pedoman KPSP, ceklis perkembangan, Denver dsb), lihat
prosesnya, jangan paksakan hasil. Tingkatkan frekuensi stimulus pada
perkembangan tertentu yang kita nilai terlambat pada anak kita. Konsep fitrah
diturunkan menjadi stimulasi teknis. Semisal untuk anak 2 tahun, membangkitkan
fitrah keimanan dengan melibatkannya dalam aktivitas ibadah, membacakan kisah
terkait Asmaul Husna. Membangkitkan fitrah belajarnya dengan membiasakan
berkomunikasi dengan the power of question di setiap dialog, dsb ✅
8. Tsara
a. Teh, gimana caranya kita mengevaluasi diri, apakah kita
sdh menggunakan mata hati atau blm untuk melihat perkembangan fitrah anak?
Apakah bisa dgn, misal, ketika kita memfasilitasi mereka dgn kegiatan yg kita
nilai sudah sesuai dgn fitrah perkembangannya, dia terlihat nyaman dan senang?
b.Teh, bgmn caranya kita menghadirkan lingkungan belajar
yang sealamiah mungkin di tengah2 lingkungan masyarakat yg punya demand
tertentu dan secara tidak langsung mengendalikan anak2 kita dgn ekspektasi
mereka?
➡ a. Indikatornya adalah
anak-anak cinta, ridho dan sangat bergairah dengan apa yang sedang
dipelajarinya. Setelah itu tahan menghadapi segala tantangan yang
dihadapinya dan bisa mendapatkan solusi
terbaik. Karena tidak semua yang dicintai itu harus berjalan indah, kadang
ujiannya juga berat. Tapi karena ridho dan sesuai fitrah biasanya anak-anak
tahan menghadapinya. Tugas kita para orangtua adalah
"kalau anak-anak panas, jangan buru-buru dikasih
antibiotik"
Jadi kalau anak sedang menghadapi ujian hidup jangan
buru-buru ditolong, biarkan dulu, siapa tahu
tubuhnya sedang membuat imunitas baru untuk kekebalan menghadapi ujian
di bidang tersebut.
b. Jangan mudah tergoda dengan lingkungan luar, yakin dengan
kemampuan fitrah kita dan anak-anak
-SPW-
✅
9. π citra
saya punya ank k 1 laki2 berusia 5 thn, ank saya agresif dan
cenderung kasar, blm bs mengontrol kekuatannya, sampai kadang2 saya hanya bisa
menangis kalo kk suka bercanda yg bisa membuat ddnya sakit, kk masi blm bs
mengontrol emosinya, tp alhamdulillah sekarang sudah lbh berkurang dengan cara
saya kasih analogi agar kk bisa lbh mengontrol kekuatannya, yang saya lakukan
saya berusaha tenang dulu, kalo mgkn dd merasa sakit sekali, saya g bs marah
sama kk saya hanya bisa menangis, dari situ kk lgsg minta maaf k ddnya. Saya
tau sikap kk itu terproyeksi dr pola pengasuhan masa lampau, dan sekarang kk jg
anknya lbh sensitive. Kk dan dd jaraknya 20 bln terlihat sekali ada
kecemburuan, terlebih lg suami saya sikapnya lbh berbeda dgn dd prempuannya,
itu yang bikin kk kurang nyaman dekat abinya. Terlebih lagi waktu kk baru ada
kk, saya masi kerja d bdg ikut d mertua, suami saya tinggal d Jakarta, jadi
banyak yg terduplikasi negatif pada saat itu oleh kk. Untuk mendidik kk dengan sikap seperti itu apa yg pertama-tama yang harus saya
lakukan?kemudian waktu bln Juli kmrn kk ingin sekolah, karena d rumah jarang
ada teman main dan saya jarang bisa ajak kluar bermain. Ternyata saya baru tau
kalo d sekolah kk ditekankan calistung, sedangkan saya termasuk yg tidak mau
diajarkan calistung, kecuali dgn penyampaian yg menyenangkan sambil bermain, jd
mereka tidak sadar kalo mereka bermain sambil blajar, tapi di sekolah itu
benar-benar ank2 sudah terbebani calistung dgn metode yg membebani. Untung saya
lgsg diskusi dgn gurunya kalo kk tidak mau memperhatikan pelajaran itu tlg
dibiarkan, dan saya kasih batasan apa yg boleh dan yg TDK boleh, alhamdulillah
dgb berjalannya waktu sudah bisa terlewati, tp terus terang sampai skrg kk
masih blm mau lepas dari saya, saya masi menunggu di kelas sedangkan ddnya yg
pgn ikut-ikutan sekolah jg di paud sama dgn sekolah kk,dd lebih berani sendiri.
Saya jg sering review dan ngobrol pelan2 pada saat keadaan hatinya sedang
tenang dan senang, " kk suka g sekolah", suka katanya soalnya ada
banyak teman, tapi yg masih suka bikin kk masih suka nangis ad temenya yg
sikapnya kurang baik, kk masi suka sensitive, apakah keadaan itu tidak apa-apa
buat kk? Bagaimana cara pendekatannya agar kk tidak gampang sensitif atau sedih
dengan keadaan itu?
➡ Super sekali ya teh Citra... Jujur saya belum pernah
mengalami hal yang pernah dialami oleh teh Citra, karena anak saya baru satu.
Tips saya, jadilah partner bermain yang menyenangkan bagi kk, buatlah
moment-moment yang memorable (quality time). Jadilah teladan yang baik buat
anak-anak. Apa yang teh Citra lakukan dengan bernegosiasi dengan pihak sekolah
insyaAllah sudah tepat. Mangga barangkali teteh-teteh ada yanh mau
menambahkan/punya pengalaman serupa.✅
10. ππ» Michelle
Bagaimana cara menanamkan sikap dasar (dari dalam rumah)
agar nantinya anak dapat memfilter atau tidak terpengaruh hal- hal negatif dari
lingkungan luar? ➡ 4 pilar utama dalam pendidikan
adalah Iman, akhlak, adab dan bicara. Iman, akhlak, dan adab itu tidak bisa
diajarkan hanya bisa ditularkan, oleh karena itu jadilah teladan. Kalau 4 pilar
tersebut sudah tertanam kuat dalam diri anak-anak insyaAllah value keluarga
akan terbawa kemanapun dia pergi. Seperti halnya memberi antibodi. Oleh karena
itu, dampingi anak sampai usia 12 tahun (pra aqil baligh).
Jika memungkinkan, warnai lingkungan sekitar dengan hal
positif yang kita miliki. Mengajak tetangga untuk bekerja sama mendidik anak
dengan benar. ✅
11. ππ» mira budi
Mohon penjelasan mengenai mengupayakan proses mendidik
sealamiah mgkin sesuai sunatullah perkemb.manusia ➡ Tidak pernah menggegas dengan menambahkan berbagai macam hal2
yg tidak alamiah. Seperti petani organik, para petani ini ingin menemani
tanaman itu tumbuh sesuai dg kehendakNya. Tidak memaksakan proses shg hasilnya
dipaksakan sesuai kehendak kita sang perawat. ✅
12. ππ» dewi
Saya merasa,blm tuntas di NHW 3.berulangkali sy
renungkan...sptnya apa yg sy tulis di NHW 3 blm mewakili apa yg saya
fahami.maka...apakah sy hrs mundur lg di NHW 3 ataukah bisa sambil jln di
materi 4 ini.krn mungkin pijakannya ada NHW 3 ➡ menurut kami, NHW merupakan pertanyaan berkelanjutan yang
jawabannya bisa jadi mengalami revisi setiap saat. Bisa terus berubah
membersamai proses bertumbuh kita. Maka, revisi NHW 3 dan pengerjaan NHW 4 bisa
berjalan beriringan. Tapi pilihan kami kembalikan pada peserta. π ✅
13.❓seruni
a. sejak usia berapa bakat anak mulai terlihat atau di usia
berapa kita mulai mengamati bakat-bakat alamiah anak?
➡ kemarin sdh dijawab sama teh
Elma, kalau kita benar2 peka dan memperhatikan sejak dini, usia 3 tahun sudah
mulai terlihat.
b. mulai usia berapa anak bisa diajarkan /dikenalkan dengan
pendidikan seks sejak dini? mulai dari perbedaan gender dan pengenalan alat
kelamin.
➡Pendidikan seks dikenalkan pada
anak secara bertahap, mulai dari mengenalkan perbedaan antara laki2 dan
perempuan, perbedaan dalam penampilan (berpakaian), perbedaan anatomi bisa
dikenalkan saat anak bisa membedakan kanan dan kiri. ✅
14. π Ulfah
a. "Bersihkan hati nurani.. Gunakan Mata hati..."
Bagaimana kita mengetahui hati nurani kita telah cukup
bersih dan Bagaimana kita tahu hati kita telah menunjukkan ke arah yg tepat?
Terus melakukan tazkiyatunnafs untuk menjaga kebersihan hati dan nurani. Saat
hati kita bersih, tentunya perasaan kita akan tentram, penuh rasa syukur,
tenang menghadapi tantangan dalam pengasuhan anak.
cmiiw.
B. Secara teknis, bagaimana menyusun kurikulum pendidikan
dengan kekuatan fitrah? Adakah contoh semacam lesson plan nya?
Keterangan ada pada gambar
14. π Ulfah
a. "Bersihkan hati nurani.. Gunakan Mata hati..."
Bagaimana kita mengetahui hati nurani kita telah cukup
bersih dan Bagaimana kita tahu hati kita telah menunjukkan ke arah yg tepat? ➡Terus melakukan tazkiyatunnafs untuk menjaga kebersihan hati
dan nurani. Saat hati kita bersih, tentunya perasaan kita akan tentram, penuh
rasa syukur, tenang menghadapi tantangan dalam pengasuhan anak.
B. Secara teknis, bagaimana menyusun kurikulum pendidikan
dengan kekuatan fitrah? Adakah contoh semacam lesson plan nya?
Akan ada cluenya untuk mengarahkan ✅
15. π Farah Fatihah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi fitrah seorang anak,
mengingat kekurang pekaan diri ini? ➡
Saya jadi teringat pesan bu Septi terkait mendidik anak
dengan ilmu. Beliau pernah menyampaikan, "Kita dipercaya sebagai penjaga
amanahNya, SEMESTINYA kita menjaganya dengan ilmu. Jadi orangtua yang belajar
khusus untuk mendidik anaknya seharusnya hal BIASA, tapi sekarang menjadi hal
yang LUAR BIASA karena tidak banyak orangtua yang melakukannya."
Maka, jika kita merasa belum bisa, mari berusahan supaya
bisa. Jika merasa belum peka, mari mengasahnya supaya peka. ✅
2. Dalam proses mendampingi anak, dirasa perlu stok sabar
yang melimpah.
a. Bagaimana cara agar ketika masa haid melanda, emosi tetap
stabil? ➡ ini dulu pernah terbahas saat webinar
via wiziq. Intinya, kelola emosi kita jika PMS melanda, pasang strategi supaya
anak tidak jadi korban.
b. Bagaimana cara membedakan dan menyikapi anak yang modus?
"Misalnya, dia kepingin makan. Dan ketika makanan sudah siap, dia malah g
mau. Terus makanannya kita simpen. Tp dia minta lagi, pas sama kita di kasih,
dia gak mau lagi"? Mohon pencerahannya ➡
anaknya usia berapa teh? Bisa dengan mengajarkan konsekuensi. Misal, sebelum
makan, kita ajak komitmen, "ini ummi siapkan makanan karena kk minta makan
kan ya, kalau ngga dimakan, konsekuensinya kalau kk minta makan, ngga ummi
kasih lagi ya? Sepakat?" Lalu ajak jabat tangan. Dan lakukan sesuai
kesepakatan awal.
Kalau anak terbiasa dengan jadwal makan, kesepakatannya bisa
dengan makanan hanya tersedia di jadwal makan tsb. Lepas dari itu, maka tidak
ada makanan di meja. Sehingga, kalau kk tidak makan sesuai jadwal, akan lapar
dan tetap tidak ada makanan meskipun kk minta.
Kata kunci : bangun kesepakatan di awal dan patuhi. ✅
Tidak ada komentar:
Posting Komentar