Sabtu, 03 Desember 2016

Materi Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #6 IBU MANAJER KELUARGA HANDAL


Motivasi Bekerja Ibu

Ibu rumah tangga adalah sebutan yang biasa kita dengar untuk ibu yang bekerja di ranah domestik. Sedangkan Ibu Bekerja adalah sebutan untuk ibu yang bekerja di ranah publik. Maka melihat definisi di atas, sejatinya semua ibu adalah ibu bekerja yang wajib profesional menjalankan aktivitas di kedua ranah tersebut, baik domestik maupun publik. Apapun ranah bekerja yang ibu pilih, memerlukan satu syarat yang sama, yaitu
kita harus “SELESAI” dengan management rumah tangga kita

Kita harus merasakan rumah kita itu lebih nyaman dibandingkan aktivitas dimanapun. Sehingga anda yang memilih sebagai ibu yang bekerja di ranah domestik, akan lebih professional mengerjakan pekerjaan di rumah bersama anak-anak. Anda yang Ibu Bekerja di ranah publik, tidak akan menjadikan bekerja di publik itu sebagai pelarian ketidakmampuan kita di ranah domestik.

Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?
๐Ÿ€Apakah masih ASAL KERJA, menggugurkan kewajiban saja?
๐Ÿ€Apakah didasari sebuah KOMPETISI sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?
๐Ÿ€Apakah karena PANGGILAN HATI sehingga anda merasa ini bagian dari peran anda sebagai Khalifah?

Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita
๐Ÿ€Kalau anda masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, anda menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
๐Ÿ€Kalau anda didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi anda stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses.
๐Ÿ€Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.

Ibu Manajer Keluarga

Peran Ibu sejatinya adalah seorang manager keluarga, maka masukkan dulu di pikiran kita “Saya Manager Keluarga”
Kemudian bersikaplah, berpikirlah selayaknya seorang manager.
๐Ÿ€Hargai diri anda sebagai manager keluarga, pakailah pakaian yang layak (rapi dan chic) saat menjalankan aktivitas anda sebagai manager keluarga.
๐Ÿ€Rencanakan segala aktivitas yang akan anda kerjakan baik di rumah maupun di ranah publik, patuhi
๐Ÿ€Buatlah skala prioritas
๐Ÿ€Bangun Komitmen dan konsistensi anda dalam menjalankannya.

Menangani Kompleksitas Tantangan

Semua ibu, pasti akan mengalami kompleksitas tantangan, baik di rumah maupun di tempat kerja/organisasi, maka ada beberapa hal yang perlu kita praktekkan yaitu :

a. PUT FIRST THINGS FIRST
Letakkan sesuatu yang utama menjadi yang pertama. Kalau buat kita yang utama dan pertama tentulah anak dan suami. - Buatlah perencanaan sesuai skala prioritas anda hari ini - aktifkan fitur gadget anda sebagai organizer dan reminder kegiatan kita.

b. ONE BITE AT A TIME
Apakah itu one bite at a time?
-Lakukan setahap demi setahap -Lakukan sekarang -Pantang menunda dan menumpuk pekerjaan

c. DELEGATING
Delegasikan tugas, yang bisa didelegasikan, entah itu ke anak-anak yang lebih besar atau ke asisten rumah tangga kita.
Ingat anda adalah manager, bukan menyerahkan begitu saja tugas anda ke orang lain, tapi anda buat panduannya, anda latih, dan biarkan orang lain patuh pada aturan anda.
Latih-percayakan-kerjakan-ditingkatkan-latih lagi-percayakan lagi-ditingkatkan lagi begitu seterusnya.
Karena pendidikan anak adalah dasar utama aktivitas seorang ibu, maka kalau anda memiliki pilihan untuk urusan delegasi pekerjaan ibu ini, usahakan pilihan untuk mendelegasikan pendidikan anak ke orang lain adalah pilihan paling akhir.

Perkembangan Peran
Kadang ada pertanyaan, sudah berapa lama jadi ibu? Kalau sudah melewati 10.000 jam terbang seharusnya kita sudah menjadi seorang ahli di bidang manajemen kerumahtanggaan. Tetapi mengapa tidak? Karena selama ini kita masih SEKEDAR MENJADI IBU.

Ada beberapa hal yang bisa bunda lakukan ketika ingin meningkatkan kualitas bunda agar tidak sekedar menjadi ibu lagi, antara lain:
๐Ÿ€Mungkin saat ini kita adalah kasir keluarga, setiap suami gajian, terima uang, mencatat pengeluaran, dan pusing kalau uang sudah habis, tapi gajian bulan berikutnya masih panjang.
Maka tingkatkan ilmu di bidang perencanaan keuangan, sehingga sekarang bisa menjadi “manajer keuangan keluarga”
๐Ÿ€Mungkin kita adalah seorang koki keluarga, tugasnya memasak keperluan makan keluarga. Dan masih sekedar menggugurkan kewajiban saja. Bahwa ibu itu ya sudah seharusnya masak. Sudah itu saja, hal ini membuat kita jenuh di dapur.
Mari kita cari ilmu tentang “manajer gizi keluarga”, dan terjadilah perubahan peran.
๐Ÿ€Saat anak-anak memasuki dunia sekolah, mungkin kita adalah tukang antar jemput anak sekolah. Hal ini membuat kita tidak bertambah pintar di urusan pendidikan anak, karena ternyata aktivitas rutinnya justru banyak ngobrol tidak jelas sesama ibu –ibu yang seprofesi antar jemput anak sekolah.
Mari kita cari ilmu tentang pendidikan anak, sehingga meningkatkan peran saya menjadi “manajer pendidikan anak”.
Anak-anakpun semakin bahagia karena mereka bisa memilih berbagai jalur pendidikan tidak harus selalu di jalur formal.
๐Ÿ€Cari peran apalagi, tingkatkan lagi…..dst

Jangan sampai kita terbelenggu dengan rutinitas baik di ranah publik maupun di ranah domestik, sehingga kita sampai lupa untuk meningkatkan kompetensi kita dari tahun ke tahun.Akhirnya yang muncul adalah kita melakukan pengulangan aktivitas dari hari ke hari tanpa ada peningkatan kompetensi.  Meskipun anda sudah menjalankan peran selama 10.000 jam lebih, tidak akan ada perubahan karena kita selalu mengulang hal-hal yang sama dari hari ke hari dan tahun ke tahun.

Hanya ada satu kata
BERUBAH atau KALAH
Salam Ibu Profesional,


/Tim Matrikulasi IIP/


LINK VIDEO:

SUMBER BACAAN:
Institut Ibu Profesional, Bunda Cekatan, sebuah antologi perkuliahan IIP,  2015
Hasil diskusi Nice Homework Matrikulasi IIP Batch #1, 2016
Irawati Istadi, Bunda Manajer Keluarga, halaman featuring, Success Mom's Story: Zainab Yusuf As'ari, Amelia Naim, Septi Peni, Astri Ivo, Ratih Sanggarwati, Okky Asokawati,Fifi Aleyda Yahya, Oke Hatta Rajasa, Yoyoh Yusroh, Jackie Ambadar, Saraswati Chasanah, Oma Ary Ginanjar, Pustaka Inti, 2009

Diskusi dan Tanya Jawab


1. Elma
Teteh fasil, referensi sumber bacaan yang Success Mom's Story itu buku atau artikel ya ? Kalau mau cari kemana ya ? ๐Ÿ˜ฌ
Jawab:
๐Ÿ€ TFM
teh Elma, selalu penasaran sama referensinya....hihi
bawaan potensi bakat intellectual ya teh ๐Ÿ˜
Itu ada dalam bukunya bu Irawati Istadi teh, buku bunda manajer keluarga. Kayaknya terbitnya udah agak lama ya. Kebetulan mesa belum punya bukunya, baru baca resensi2nya aja. Mungkin teteh-teteh yang punya bukunya bisa share ๐Ÿ˜
๐Ÿ€ Deasy
Ada juga buku minimalis ttg ibu2 Full Time Mother: Kitchen Table Melody by Agnes T. Harjaningrum, 99 Ideas for Happy Mom by Inayati Ashriyah. Dan masih banyak lagi ๐Ÿ˜€
Buku minimalis versi sy: bukunya simple, ngga tebal, nggak banyak ulasannya. Ringan dibaca krn isinya bahasa curhat emak2 dg sekelumit yg dialaminya. Baik teknis pengelolaan RT, sisi emosional ibu/wanita, kesehatan anak, dan sejenisnya. Klau yg 99 ideas tentang motivasi2 terhadap apa yg dialami ibu2, baik FTM maupun WM (Working Mom)

2. Eka
Mengutip dari materi ke-6 :
Kalau anda bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi anda sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa MENGELUH.
Jika selama melaksanakan tugas domestik terkadang kita mengeluh apakah itu tidak boleh? Apakah berarti kita mengerjakan rutinitas belum dari Panggilan Hati? Bukankah mengeluh itu termasuk hal yang manusiawi? (Mengeluh yang tidak sering maksudnya)
Jawab:
Pertanyaan yang sama saat pertama kali saya mendapatkan materi ini. Setiap hari rasanya lelah dengan pekerjaan domestik yang tiada akhirnya (sambung menyambung). Berbagai alasan saya kemukakan, agar bisa lebih produktif sama suami, dari minta dibelikan mesin cuci, minta asisten, merasa sakit-sakitan (adanya psikosomatis). Sampai akhirnya saya sadari, rasa lelah itu datangnya dari hati yang kotor (adanya emosi2 negatif), kurang bersyukur, kurang baiknya hubungan kita sama Allah.
Lalu saya berusaha melepaskan emosi2 negatif itu, saya terima apapun keadaan diri (dari pengalaman masa kecil yang pernah mendapatkan tekanan dari saudara, bullying dari rekan kerja, tuntutan suami dsb) berusaha menerima kemarahan, penolakan, ketidaksempurnaan diri dsb. Yang terakhir adalah melepaskan harapan terhadap orang lain, dan hanya berharap kepada Allah saja, Allah lagi dan Allah terus.
Alhamdulillah setelah latihan tersebut perasaan saya lebih plong, merasa lebih sehat. Jangan lupa juga jaga keseimbangan dari segi makanan, olah raga dan istirahat. Lalu temukan misi spesifik hidup yang selalu membuat mata kita berbinar2.
InsyaAllah dengan membersihkan hati, pekerjaan yang merupakan "Panggilan Hati" itu mudah kita dengar. Aaamiiin.... ๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡๐Ÿ˜‡

3. Puji
Ketika kita telah merencanakan kegiatan dan target tertentu untuk seminggu kdpn dan seandainya ada yg tdk terlaksana dikarenakan keadaan tdk spti yg diharapkan,apa yg hrs kita lakukan?
Jawab:
Ikhlaskan, lalu buat lagi perencanaan yang baru yang lebih terjangkau, komitmen dan konsisten dalam melaksanakannya. Yakin dan jangan ragu.

4. Seruni
a. Saya sering mengalami kejenuhan, mungkin karena saya masih ditahap asal kerja. Bagaimana cara menyiasatinya agar badmood tidak sering melanda?
b. Managemen waktu saya masih jelek. Cucian dan setrikaan seringkali menumpuk. Saya berkomitmen untuk tidak menambah aktivitas di luar rumah sebelum pekerjaan rumah dihandle dengan baik. Persoalannya, beberapa kali saya diminta untuk mengajar di DTA dan menjadi guru private di lingkungan sekitar. Apa yang sebaiknya saya lakukan? Apa saya tetap pada pendirian saya untuk menguatkan dulu yang dirumah sebelum aktif diluar?
c. Mengenai berpakaian rapi dan chic, apa Bu Septi mengajarkan berpakaian yang berbeda dalam setiap aktivitas? Khususnya baju untuk ke pasar, memasak, dan nyetrika.
d. Sehari dalam seminggu (weekday), saya ada aktivitas di luar rumah hingga tengah hari. Kadang pulang dalam keadaan lelah. Dalam konsep ibu profesional, bolehkah jika saya meminta izin pada suami untuk meliburkan diri dari pekerjaan domestik (masak, nyetrika, nyuci, dll) pada hari tersebut?
Syukran jazilan.
Jawab:
a. Pertanyaannya mirip dg pertanyaan teh Eka jd jawabannya sama ✅
b. Pendirian yang bagus bila memilih menguatkan aktivitas dirumah, lanjutkan...Yang penting komunikasi produktif untuk menyampaikan penolakannya.
Bisa diterapkan juga skala prioritas. Menilai manfaat dan mudharat, atau urgensi penting-genting-mendesak. Bisa juga dibagi berdasar pos diri yang sudah ditetapkan di awal. Breakdown per pekan dan per harinya. Sehingga hak diri, rumah, sosial juga bisa tertunaikan. Pengaturannya bisa dengan manajemen waktu dan pendelegasian tugas.
Mungkin artikel ini bisa membantu. http://www.teknikhidup.com/produktivitas/bahaya-yang-akan-terjadi-kalau-anda-tak-menulis-to-do-list-mau-ngapai-aja
c. Ibu Septi tidak mengajarkan harus memakai pakaian yang berbeda dalam setiap aktivitas. Beliau hanya berpesan bila kita keluar rumah dalam keadaan rapi dan cantik, begitupun di dalam rumah, harus lebih cantik dan rapi. Bila memasak bisa memakai celemek yang panjang.✅
d. Boleh saja, sepakati saja dengan suami. Berbagi peran siapa yang mencuci siapa yang menyetrika, siapa yang bersih2 rumah dengan suami juga boleh. Kan home team. Tugas domestik bukan hanya tugas istri saja, suami juga boleh berperan✅

5. Anisa
a. Saya seorang ibu bekerja, beberapa pekan lalu saya sempat mengajukan resign di perusahaan tempat saya bekerja. Namun, karena sesuatu hal dan beberapa pertimbangan diantaranya lokasi kantor pindah ke dekat rumah. Akhirnya saya menunda untuk resign sampai kondisi ideal menurut saya tercapai. Apakah saat ini berarti saya asal bekerja? Karena panggilan hati saya sebenarnya ingin sepenuhnya dirumah.
b. Setau saya nabi muhammad sering ikut membantu pekerjaan domestik rumah tangga. Apakah boleh berbagi pekerjaan domestik dgn suami? Bagaimana dgn suami yg dilingkungan keluarganya terdahulu berasumsi bahwa semua pekerjaan domestik adalah pekerjaan perempuan.
Jawab:
a. Yang bisa menjawab pertanyaan ini ya teh Anisa sendiri? Yang paling penting, prioritas utama yaitu kebutuhan suami dan anak terpenuhi. Apakah teh Anisa merasa nyaman dengan kondisi saat ini atau tidak. Kalau merasa tidak nyaman, segera ambil keputusan sebelum menyesal. Karena "rizki itu pasti, kemuliaan harus dicari" (Septi PW)✅
b. Betul sekali, sangat boleh. Lakukan komunikasi produktif, bila perlu sampaikan dengan dasar ilmunya. Dengan humble tentunya tetap memposisikan kita sebagai istri yang menghormati suami. Bila belum mempan, mohonkan sama Allah yang Maha Membolak balikan hati manusia.✅

6. Imas
Teh ma'af tanya antara waktu 7-7itu tdk mengerjakan ky nyetrika dll? Hanya mendampingi anak? nuhun
Jawab:
๐Ÿ€     Seruni
Dulu waktu kuliah offline, yang saya tangkep cerita bu septi, jadwal dinas di rumah (ngurusin kerjaan domestik) dari jam 7 pagi sampe jam 7 malam. Termasuk juga nyetrika dan ngajarin anak, pake baju bagus kayak guru aja. Bu Septi pernah cerita waktu nyetrika pake jilbab, kepanasan. Lewat jam 7 malem baru dasteran.
๐Ÿ€     TFM
Teh Imas, 7 to 7 itu hanya contoh dari bu Septi untuk membuktikan bahwa, menjadi ibu rumah tangga juga bisa profesional. Harus serius dan sungguh2 dalam menjalaninya. Dalam pelaksanaannya kita tidak perlu menirunya 100%, sesuaikan dengan kemampuan kita.

7. Asri
Teh ai ada tips and trick untuk cut off kah?
Jawab :
Pasang alarm 5 menit sebelum waktu berakhir. Jadi sempet beres2 dulu. Misal, target perhari nyetrika 1 jam, 5 menit sebelum waktu berakhir, alarm bunyi, jadi bisa beresin sisa setrikaan yang belum selesei bisa di kepinggirin dulu.

8. Imas
Teh kalo waktu beljr ank tdk harus d jdwl? Ikuti permintaan ank?
Jawab :
Klo diatas 7 tahun, bimbing anaknya untuk bikin jadwal sendiri.
Klo masih di bawah 6 tahun boleh buat kesepakatan sesuai dengan kapasitas anaknya.

9. Sharing session dari Ibu Septi
Mbak Prima dan Mbak Noni, terima kasih sudah membuka dialog sharing session dengan sangat menarik tentang jam terbang. Analog mbak Noni benar, jadi jam terbang itu identik dengan praktek. apabila menumpuk ilmu saja tanpa mempraktekkannnya maka tidak bisa disebut sebagai jam terbang.
Saya kutipkan tulisan Malcom Gladwel dalam bukunya "outliers":
The Beatles ended up traveling to Hamburg five times between 1960 and the end of 1962. On the first trip, they played 106 nights, five or more hours a night. On their second trip, they played 92 times. On their third trip, they played 48 times, for a total of 172 hours on stage. The last two Hamburg gigs, in November and December of 1962, involved another 90 hours of performing. All told, they performed for 270 nights in just over a year and a half. By the time they had their first burst of success in 1964, in fact, they had performed live an estimated twelve hundred times.
Lihatlah bagaimana the Beatles berjuang dari bawah. Bayangkan 270 kali manggung dalam satu setengah tahun.
Dengan melihat kasus the beatles tsb, kita belajar pola benchmarking skrg.
Sudah berapa tahun bunda menjalankan peran menjadi ibu? menjadi guru? menjadi bankers? dll, mengapa kita tidak menjadi ahli di dalamnya? jangan -jangan selama ini kita hanya _sekedar menjalankan peran itu saja_ sehingga kompetensi kita tidak naik. yang lebih parah lagi jangan-jangan selama ini kita hanya mengulang
kemampuan/hal yang sama terus menerus selama 10.000 jam, sehingga kita hari ini dengan kita 4 tahun yang lalu tidaklah banyak berbeda. ✅
10. Sharing session dari Ibu Septi
Mbak Prima, tetapkan prioritas terlebih dahulu, dan lakukan secara bertahap sedikit demi sedikit. Saya berikan contoh yg saya lakukan saat enes ara kecil ( jarak mereka 15 bln) dan saya tanpa ART. Saya komunikasikan dulu ke pak dodik, mana kondisi dari ketiga hal ini yg paling membuat pak dodik bahagia, silakan diurutkan.
1⃣Anak terurus dengan sangat baik
2⃣Makanan terhidangkan fresh dari tangan saya
3⃣Rumah rapi
Ternyata pak dodik memilih urutan 1-3-2. akhirnya saya minta waktu per 3 bulanan unt bisa belajar setahap demi setahap dan satu persatu, sampai 3 kompetensi dasar tsb bisa saya penuhi kemampuan minimalnya.
Saya tambahkan sedikit. Tahapannya ya yg sdh pernah saya lakukan.
Pak Dodik itu tipe suami yg ingin rumahnya rapi terus.
Waktu itu saya berikan pilihan, karena saya bukan wonder woman ๐Ÿ’ช
Beliau pilih anak diurutan pertama.
Tapi setiap jam 7 malam rumah rapi ya ( krn pak dodik waktu itu pulang kantor jam 7). Saya penuhi hal tsb selama 3 bulan pertama
Setelah 3 bulan kedua, saya perpanjang jam rapi rumah demikian seterusnya, sampai 3 kompetensi dasar bisa terpenuhi semua. Kalau tidak bisa semua, kembali ke yg utama dan pertama.
Maka pahami kemampuan diri kita, komunikasikan dg orang sekeliling kita, terurama yg masuk di lingkaran 1 kita. ✅

11. Sharing session dari Ibu Septi
Selanjutnya ke pertanyaan apakah pernah gagal?
Sering, karena dulu nggak pernah bikin jadwal harian.
Mbak Ratna, yg perlu diingat dalam menambah jam terbang adalah "kesungguhan praktek" tidak hanya "sekedar praktek".
Shg apabila kita 1-3 jam saja bersungguh-sungguh mengamati perkembangan anak kita. Bermain dg mereka shg bisa menambah  kompetensi kita sebagai ibu, karena kita menjalankan peran kita sbg ibu, maka sdh masuk hitungan jam terbang.
Karena ada ibu yg bersama anaknya full berjam-jam tapi tidak menjalankan peran keibuannya.
Jadwal yang kita buat harian itu dalam rangka kita melihat " track" kita hari ini. Maka ketika anak kita menjadi prioritas utama, usahakan jadwal kita yg menyesuaikan mereka. Kemudian di sela waktu longgar kita, kembali ke jadwal yg sdh kita susun.
Itu baru namanya flexible. Seperti lingkaran karet, ketika tracknya melingkar dg diameter tertentu, bisa kita regangkan dg diameter di luar track, tetapi habis itu bisa kembali lagi ke track semula.
Berbeda dengan lingkaran kawat, apabila kita bentangkan di luar track, tdk serta merta kembali ke bentuk semula. Bentuknya akan berubah dari track awal.
Semoga analog ini dipahami. Ini yg kadang kita banyak misspersepsi, "Mengapa harus buat jadwal, jadi orang itu yg flexible saja"
Apa yg dimaksud dg flexible?
Biasanya banyak yg menjawab :
" santai, mengalir tanpa rencana" dan yg sejenis.
Fleksibilitas adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok.
Kalau kemampuan itu kita lakukan tanpa kita punya ROAD MAP hidup, tanpa jadwal kegiatan penting hari ini, terlihat bahwa kita TIDAK PUNYA TRACK YANG BENAR,
Maka pasti hidup kita berantakan, mudah terbawa arus kemana angin berhembus. ✅
Jar of Life “Put important things first” https://youtu.be/6_N_uvq41Pg

12. Mutiaresty
teteh afwan saya lambat menangkap 7 to 7 itu maksudnya. Dari jam 7 pagi sampe jam 7 malem pake pakean rumah??
Atau sebelum jam 7 pagi pake pakean rumah, setelah jam 7 pagi dress up (dandan bukan dasteran) lepas jam 7 malam pake pakean rumah lagi???? (pakean rumah : daster dll) ๐Ÿ˜
Jawab :
๐Ÿ€    Firna
Pertama kenal iip. Pas di materi ini. Manajemen waktu.. dulu pas. Pisan butuh. Sempet nyoba 7 to 7. Tp ga cocok. Ahirnya 7 to 2. Da jam 2 tidur siang sama anak2. Baru dress up lg jam 5 sore krn siap2 lg main sama anak dan menjelang suami pulang kantor. Back to baju rumah lg jam 8 /setengah 9. Jelang jam tidur anak2. Kerasa banget manfaat JAR OF LIFE yg sempat dicontohkan ibu septi.
Curcol pagi mumpung bayi blm bangun๐Ÿ˜†
7 to 7 baju rapih. Bukan dasteran. Dress up. Pada intinya yg saya tangkap Maksud ibu melatih 7 to 7 supaya kita punya semangat. Coba dirasain. Ketika pakai baju rumah dan ketika kita dress up. Pasti beda. Itu yg saya rasakan.
๐Ÿ€     Astarina
Jinshare teh, klo mnurut sy, kynya baju itu kan selera ya, jd bkn berarti kudu formal look. Tp lebih ke rasa ya. Misalnya, klo kita pergi2 apakah sama dgn kya kita dirumah, ngurusin seabreg rutinitas? Pastinya beda dong. Nah sy rasa "Rasa" mau bepergian itu yg hrus hadir. Bajunya yg msh bagus misalnya, soalnya kdg2 sy suka n seneng bgt sm daster yg adem plus ada bolong2 dikit ๐Ÿ˜. Mandi, dandan klo sy min pelembap, bedak anak sm deodorant, dan berbaju rapi ala sy tadi. Feelnya alhamdulillah selalu dapet. Rasanya sy bkn irt yg biasa2, tp irt yang "ketjeh"
Semoga membantu ๐Ÿ™☺
๐Ÿ€     Deasy
Kalau boleh sedikit menyimpulkan, bahwa 7 to 7 atau teknis apapun yg bu Septi berikan ini adalah Inspirasi yang sangat bagus/luar biasa dalam rangka menyemangati, mensupport dan memberi contoh utk kita para ibu&calon ibu. Maka sangat baik jika kita mampu mencontohnya. Namun bagi saya, inspirasi ini bukan berarti plek ketuplek harus persis sama. Yg barangkali perlu kita ingat, bu Septi sdh di KM berapa shgga sudah siap & sanggup melakukan hal tsb. Maka ukurlah hal tsb pada kondisi kita. Agar kita ttp enjoy dg kondisi kita, tdk terbebani dg materi, dan selalu semangat menyesuaikan inspirasi ibu dg kondisi kita...๐Ÿ™๐Ÿพ๐Ÿ˜Š
๐Ÿ€     Niakuri
Ikut nimbrung teteh keren, kalo saya yang penting mandi pagi, sebelum suami brgkt kita dah wangi pake baju yg nyaman. Sorenya ketika suami pulang kita sudah rapi dan wangi juga doong. Dan .. Bagi saya waktu yg digunakan fleksibel karena ampe skrg pun ketika udh rwncana ternyata si kecil rewel pada akhirny fleksibel. Menyesuaikan si raja cilik kalo masih punya balita๐Ÿ˜. Termasuk pekerjaan sambilan saya bikin buku dikerjakan ketika si kecil tidur๐Ÿ˜‰

13. Mutiaresty
oiya teteh2...yang saya yakin sudah lebih expert.saya mau minta sharingnya... ๐Ÿ˜..dalam manage waktu ini kalo yang baru lahiran itu enaknya gimana ya? Harus mulai darimana?
Posisi HPL anak pertama awal desember, orang baru di Bandung, jauh dari ortu dan deket rumah saudara tapi kerja. Rencana tanpa ART, Jujur ada rasa worry yang besar... "Mampu ga yah saya" bawaannya takut karena rasa takut ini malah semakin takut karna punya rasa takut ๐Ÿ˜ข๐Ÿ˜…
Mungkin teteh2 punya cerita yg sama dan bisa berbagi (berharap bisa sedikit menghilangkan rasa khawatir) hehee...
Jawab :
๐Ÿ€     Firna
Kondisi ibu baru melahirkan beda beda. Ada yg ngalamin baby blues ada yg lancar aja dgn support suami yg luarbiasa. Saran saya sampe 40 hr aja mah ada yg bantu dulu. Krn ritme harian kita berubah klo ada bayi. Yg pasti mah ada sesi begadang. Colek teh elma
๐Ÿ€     Niar
Buat teteh yg akan punya bayi, klo yg saya alami,kita bisa membuat jdwl dan bisa melaksanakan asalkan ada dukungan penuh dari pasangan kita. Saya 2 Minggu stelah lahiran lgsg kmbali k kontrakan mengurus bayi kami berdua dg suami dan kami berdua sama2 msh berstatus mhasswa. Alhamdulillah tgs dmestik rmh tangga,mengasuh dan tgs sbgai mhsswa dpt kami jalani.
๐Ÿ€     Deasy
Teh Mutia, utk ibu yg baru pertama kali melahirkan dan jauh dr kluarga besar...sebaiknya ada yg mendampingi teh. Atau tth melahirkan di rmh ortu/saudara. Kondisi ibu melahirkan, saat2 yg sangat membutuhkan support. Aplg ini anak pertama skligus pengalaman pertama. Aplg di usia 0-2 thn adalah masa2 bonding yg sangat strategis (masa menyusui/ngaASI). Semangat terus teh dlm mempersiapkan kelahiran.
๐Ÿ€     Puji
Teeh aku baru lahiran 3 bulan yg lalu, saya sm suami plek bgt ngurusin segala sendiri dr mulai mandiin anak baru hari pertama smpe begadang awal2 pekerjaan rt jg diurus breng
Tp boleh saran siih yg nemenin tetep hrs ada walaupun cm nimang bayi itu ngebantu bgt, ke kitanya rilex ga stressfull seengganya pup,mandi bisa lebih tenang, kasian klw ibu stress ngaruhh ke asi ke perilaku ibu ke anak. Meskipun g ada yg tgl nemenin minimal ada saudara/orgtua yg nginep mlm harinya hrs ada temen biar tetep waras hehe mangaat ya teh ๐Ÿ’ช๐Ÿผ

14. Seruni
Link tentang managemen waktu, mudah2an bisa mencerahkan.
https://catatanbund4.wordpress.com/2013/12/08/kuliah-ibu-professional-manajemen-waktu/

Tuhan sudah menganugerahkan waktu yang sama kepada setiap orang, yaitu 24 jam sehari. Namun setiap orang berbeda, ada yang 80% bekerja,  hasil 20 %, sebaliknya 20 % bekerja 80 hasil.  Menurut diagram Pareto (80-20), artinya 80% rata-rata; ada 80 % orang melalukan hal yang sama atau melakukan hal yang biasa-biasa saja dan menghasilkan result hanya 20 % sehingga akhirnya dia pun menjadi orang yang biasa saja. Sementara itu, adapula orang yang termasuk 20% nilai bekerjanya, tapi mampu menghasil 80 % result, orang seperti ini biasanya berani melakukan  sesuatu denan cara yang ekstrim , nyleneh hidup dengan cara yang berbeda, konsep dan cara pemikiran yang berbeda. Karena waktu tak pernah kembali, kita harus menggunakan waktu dengan seefisien mungkin. Bu Septi kemudian membuat sebuah analogi dengan sebuah percobaan, menggunakan tiga buah jeruk, setengan baskom beras, dan toples. Bagaimanakah caranya agar beras dan jeruk tersebut bisa masuk dalam toples. Yang manakah terlebih dahulu yang akan dimasukkan. Pertama, dicoba memasukkan beras terlebih dahulu, kemudian baru jeruk, hasilnya beras bisa masuk tapi jeruk masih menyembul, yang kedua, jeruk dimasukkan terlebih dahulu baru kemudian beras, hasilnya jeruk bisa masuk, dan beraspun masuk, kesela-sela jeruk. Tiga buah jeruk ini ibarat hal hal penting yang akan kita lakukan, beras adalah hal-hal kecil yang tidak terlalu penting atau gangguan-gangguan ,sedangkan toples adalah hari atau waktu 24 jam yang kita miliki. Apabila kita melakukan hal hal yang tidak terlalu penting dulu, maka biasanya tanpa terasa waktu akan habis dan kita belum melakukan hal-hal penting yang seharusnya dilakukan.
Sebagai contoh, kita sudah bangun pagi, kemudian kita ambil sapu, saat asyik menyapu tiba-tiba melihat tayangan gosip di TV, karena asyik aktifitas menyapupun berhenti, setelah selesai baru tersadar, lanjut lagi menyapu, lagi menyapu, tiba -tiba menemukan tabloid menarik, kemudian berhentilah untuk membaca sebentar, dan tiba tiba hp berbunyi karena ada sms, langsung pegang hp, sudah baca sms, tiba-tiba jadi gatel pengin liat BB,  FB, asyik baca-baca status teman, hingga tahu tahu sudah  siang, ternyata sama sekali belum memasak, padahal memasak adalah hal penting yang mesti dilakukan. Seringkali diujung hari kita bertanya-tanya, kok hari ini nggak ngapa-ngapain ya? 24 jam sehari terasa kurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar