Selasa, 31 Januari 2017

12 Gaya Populer, Penghambat Komunikasi Kita

๐Ÿ”–Cemilan Rabu๐Ÿ”–


12  Gaya Populer, Penghambat Komunikasi Kita


๐Ÿ“†Hari baru, Semangat Baru

Satu minggu sudah kita memperdalam materi "Komunikasi Produktif". Dan teman-teman saat ini sedang melatih kekonsistenan diri dalam menjaga komunikasi dengan diri kita sendiri, dengan partner atau rekan kerja  dan dengan anak-anak kita. Banyak tantangan ya pasti, tapi seru. Di pekan pertama ini, kami ingin berbagi tentang 12 gaya populer, yang menghambat komunikasi kita.

Mungkin sebagian besar dari kita sudah sering mendengar tentang 12 gaya populer (parenthogenic).  Tanpa kita sadari, secara turun temurun 12 gaya komunikasi ini sering kita gunakan dalam percakapan sehari-hari.

Ketika anak sedang atau tidak bermasalah pun, jika kita sering meresponnya dengan menggunakan 12 gaya populer ini, anak akan merasa tidak percaya dengan emosi atau perasaannya sendiri.

Padahal sangat penting bagi anak untuk belajar percaya dengan perasaannya dan dirinya, hal tersebut akan mendukung perkembangan emosinya dan mendorong anak tumbuh menjadi percaya diri.

Jika perkembangan emosi anak baik, ia juga akan memiliki kontrol diri yang baik ketika menghadapi suatu masalah, bahkan ia akan mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.

Berikut adalah  contoh-contoh 12 gaya populer:

1.Memerintah,
contoh: “Mama tidak mau dengar alasan kamu, sekarang masuk kamar dan bereskan kamarmu!”

2.Menyalahkan,
contoh: Ketika anak tidak bisa mengerjakan soal PRnya, ayah berkata, “Tuh kan. Itulah akibatnya kalau kamu tidak mendengarkan Ayah dan malas belajar

3.Meremehkan,
contoh: “Masak pakai sepatu sendiri saja tidak bisa, bisanya apa dong Kak?

4.Membandingkan,
contoh: “Kok kamu diminta naik ke panggung saja tidak mau sih Kak, tuh lihat Andi saja mau

5.Memberi cap,
contoh:”Dasar anak bodoh, disuruh beli ini saja salah!

6.Mengancam,
 contoh: “Kalau kamu tidak mau makan lagi, kamu tidak akan dapat uang jajan selama seminggu!”

7.Menasehati,
contoh: “Makanya, kalau mau makan cuci tangannya dulu, nak… Tangan kan kotor banyak kumannya…

8.Membohongi,
contoh: “Disuntik tidak sakit kok nak, seperti digigit semut aja kok”

9.Menghibur,
contoh: Ketika adik menemukan bahwa es krim nya dimakan oleh kakaknya tanpa sepengetahuannya, bunda berkata, “Sudah ya sayang, besok bunda belikan lagi es krimnya, lebih enak dari yang dimakan kakak tadi”

10.Mengeritik,
contoh: “Lihat tuh! Masak mengepel masih kotor dimana-mana begitu. Mengepelnya yang benar dong!”

11.Menyindir, 
contoh: “Hmmm… Pintar ya? Sudah mandi, sekarang main tanah dan pasir lagi

12.Menganalisa,
contoh: “Kalau begitu, yang mengambil bukumu bukan temanmu, mungkin kamu tinggalkan di tempat lain…”

Aha! makin banyak yang harus kita perbaiki ya, ayo lanjutkan tantangan 10 hari teman-teman, dengan kualitas komunikasi yang semakin bagus.


Salam Ibu Profesional,



/Tim Fasilitator Bunda Sayang/


Sumber bacaan:

  • Elly Risman, Penghambat Komunikasi Dalam Keluarga, artikel, 2014
  • Tim Fasilitator Bunda sayang IIP, Hasil Tantangan 10 hari, komunikasi produktif, 2017

Hari ke-5 KOMUNIKASI PRODUKTIF

Husna and her skate

Hari ahad waktunya family time. Kali ini pagi-pagi kami main ke gor saparua karena husna pengen main skate. Lama muter - muter disana dan kami juga main ke lapangan yang khusus latihan atlet in line skate. Saya takjub melihat para atlet itu dengan lihainya berlari di track dengan skate seperti memakai sepatu biasa.

Lalu suami mencari informasi klub atau komunitas in line skate untuk husna, karena husna lebih semangat belajar kalau ada pelatihnya.
Alhamdulillah info tentang kegiatan latihan, dll sudah di dapat. Hari sudah siang dan matahari sangat terik, husna juga sudah puas main, jadi kami memutuskan untuk pulang.

Sore hari saya, suami dan anak-anak kerumah teman untuk menengok anaknya yang baru saja pulang dari rumah sakit karena sakit typhus. Saat ngobrol dengan sang teman, dia bercerita tentang fenomena in line skate yang tiba-tiba saja ramai, terus cerita juga tentang anak temannya yg jatuh sampai harus dioperasi karena kepalanya terbentur saat main skate. Saya jadi khawatir karena husna suka sekali main sepatu itu, malah sejak lama, sejak usianya 3thn lebih sudah minta dibelikan sepatu roda.

Malam harinya saat family forum, kami membahas tentang tindak lanjut dari informasi yang didapat saat di gor saparua. Suami berencana memasukkan husna ke klub supaya husna lebih fokus dan enjoy belajarnya. Tapi karena kabar dari sang teman sore tadi tentang kecelakaan,dll saya masih khawatir, apa ga usah aja ya husna ikut klub. Gmn kalau jatuh, cidera, kalau begini, kalau begitu.

Lalu suami menjelaskan alasannya memasukkan husna ke klub justru supaya husna lebih aman karena ada pelatih dan ada teman-teman yang lebih jago. Juga karena bisa main ditempat yang seharusnya, bukan disembarang tempat/jalan. Suami lalu menambahkan bahwa kecelakaan rawan terjadi jika skate di pakai bukan di tempatnya, tanpa pendampingan sang ahli dan tanpa tau dasar-dasar penggunaannya. Begitu jelas suami,meyakinkan.

Saya jadi lebih tenang, sudah clear tentang ke khawatiran saya. Lalu saya menanyakan ke husna apakah dia benar mau belajar skate dengan pelatih di saparua, husna mengangguk sambil bilang "mau mau" dengan mata berbinar-binar.

Baiklah, setelah forum dan diskusi yang cukup panjang, kami sepakat untuk mendukung kegemaran husna yang sedang senang bermain skate. Suami dan saya juga berencana melengkapi peralatan safety play nya karena masih belum lengkap. Semoga keputusan kami ini tepat, Aamiin


#hari5
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Senin, 30 Januari 2017

Hari ke-4 KOMUNIKASI PRODUKTIF

Hari ini waktunya jalan-jalan karena tanggal merah (28 januari pas thn baru imlek). Jadi saya dan suami berencana menjadikan moment ini sebagai family forum yang kami adakan saat di tempat jalan-jalan.

Namun sebelum family forum terjadi, ada sedikit drama saat diperjalanan karena si sulung husna tiba-tiba ngerengek pengen ke kebun binatang. Padahal hari itu di agenda jalan-jalannya ke teras cikapundung aja, buka krbun binatang. karena pas mau teras cikapundung ngelewat kebun binatang jadilah husna pengen ke kebun binatang.

Saya coba jelaskan kalau ke kebun binatangnya di lain waktu tapi husna keukeuh pengen nya hari itu juga. Dia ngambek dan cemberut. Saya tarik nafas panjang supaya ga kepancing emosi sama husna yang akhir-akhir ini memang sering rewel dan segala maunya harus diturutin. Saya coba kasih pengertian, tapi husnanya tetep ga mau denger. Ya udah saya kasih kesempatan husna cemberut dan perjalanan tetap dilanjutkan sampai tempat tujuan.

Setelah sampai, saya bilang ke suami kalau husna lagi ngambek karena pengen ke kebun binatang hari itu juga. Suami dengan tenang menjelaskan dan memberi pengertian, lalu kami memberikan pilihan pada husna apakah akan lanjut main ditempat itu atau terus marah dan tidak jadi main. Husna tampak berpikir, lalu melihat ke sekeliling dan mungkin tampak menyenangkan baginya jika bisa menikmati suasana, dsb. Apalagi dia lihat ada perahu karet yang sedang melaju dengan beberapa penumpang di atasnya.

Senyumnya mengembang dan husna memilih untuk bermain ditempat itu, bersedia menunda keinginannya ke kebun binatang dan berhenti rewel. Hehehehee...
Alhamdulillah acara jalan-jalan kami lancar. Disana saya dan suami juga membahas tentang rencana kami ke depan terkait kepindahan rumah, sekolah husna, dan lain-lain.



#hari4
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Minggu, 29 Januari 2017

Hari ke-3 KOMUNIKASI PRODUKTIF

Kali ini, tantangan terberat adalah menghadapi diri sendiri.
Yaa... komunikasi produktif bisa terlaksana dan lancar jaya saat emosi tenang, stabil, dan terasa nyaman. Namun seringkali hal-hal pemicu yg menyebabkan emosi meninggi dan nalar mengecil terjadi pada hari - hari. Termasuk di hari ketiga ini ๐Ÿ˜ฅ

Saya berusaha sekali agar setiap menghadapi si sulung husna tidak sampai auto pilot parenting, yang mana jika sudah tak terkendali yg terjadi adalah saya terpancing marah, dengan ekpresi yg bisa melukai hati anak saya dan dengan nada bicara yang pasti membuat anak saya takut. Astagfirullah . . .

Maka keterampilan untuk bisa mengendalikan diri sendiri agar tetap sabar, 'waras' dan tetap tenang dengan segala situasi dan respon sang anak menjadi sangat penting.

Malam hari sebelum tidur, saya sempatkan mindfulness duduk. Cukup lama saya lakukan karena di awal-awal saya merasa netral. Lalu semakin lama terasa ada dorongan dari dalam yang sangat kuat dan sensasi - sensasi yang tidak nyaman seperti halnya saya rasakan saat saya marah. Saya coba fokus dan dorongan itu semakin besar. Sepertinya itu energi kemarahan yg saya tahan setiap kali saya marah yg seharusnya saya alirkan, bukan dipendam. Huallahualam

Selesai mindfulness saya membuat afirmasi positif dan berkomunikasi dengan diri sendiri,  saya lakukan acceptance bahwa saya menerima kemarahan-kemarahan saya, saya terima jika saya marah, saya terima jika saya belum bisa sepenuhnya tenang menghadapi anak saya, saya terima jika saya gagal, dst.

Alhamdulillah, semoga latihan-latihan itu bisa membantu saya dalam menerapkan komunikasi produktif terutama kaidah 7-38-55 dengan lebih baik dan lebih positif. Insyaallah, Aamiin


#hari3
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Sabtu, 28 Januari 2017

Hari ke-2 KOMUNIKASI PRODUKTIF

Tantangan di hari ke - 2 datang dari husna, anak pertama kami yang berusia belum genap 6 thn. Saat family forum dan kami saling bercerita pengalaman kami hari itu, tiba-tiba husna nangis dan marah ke ayah. Ayah tidak tau kenapa husna marah lalu bertanya "kenapa?" husna dengan terbata-bata (karena bicara sambil nangis) bilang kalau dia marah ke ayah karena ayah ga bantu husna beresin mainan tadi. Saya dan suami saling berpandangan dan lalu memberi kesempatan husna untuk menangis dan lebih tenang. Saat husna lebih tenang, ayah menjelaskan kenapa tadi tidak bantu husna beres-beres, yaitu karena ayah ga tau kalau ternyata husna perlu bantuan dan ayah mengira husna bisa sendiri.

Saya yang menjadi penengah waktu itu bertanya ke husna apa husna tadi bilang ke ayah kalau husna maunya di bantu ayah? Ternyata husna bilang "ga"
Saya memberi husna pengertian kalau husna ga minta tolong, ga bilang mau dibantu, ayah ga akan tau kalau husna sebenernya pengen di bantuin beres-beres. Lalu husna menyanggah bahwa maunya ayah bantu tanpa di minta. ๐Ÿ˜

Haduuh... ini benar-benar tantangan praktek komunikasi produktif ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚
Ayah lalu minta maaf ke husna karena tadi ga bantu husna beresin mainan, dan husna mengangguk tanda memaafkan. Lalu mereka berpelukan.
Setelah itu ayah dan husna membuat kesepakatan. ayah bilang kalau husna perlu bantuan atau apapun harus mau bilang dan menjelaskan maunya apa karena kita ga akan tau kalau ga bilang. Husna mengerti, dan husna juga bilang kalau husna lagi sibuk beberes pengen ditanya apakah perlu bantuan atau tidak ๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Saya merasakan bagaimana sulitnya mengendalikan emosi dan mengahadapi husna kalau sedang begini. Kadang terpancing, kadang bisa sabar. Dan tantangan sekali bagi saya untuk bisa tetap tenang jika anak-anak saya terutama husna menangis dengan sebab-sebab yang diluar dugaan. Kadang karena hal-hal yang sepertinya sepele pun bisa jadi seperti masalah besar baginya. Dalam hal ini perlu sekali penerapan kaidah 2C : Clear and Clarify 


#hari2
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Jumat, 27 Januari 2017

Hari ke-1 KOMUNIKASI PRODUKTIF


Bismillah . . .

Memasukin tantangan pertama untuk hari pertama di sesi Komunikasi Produtif, bikin deg-degan karena begitu dimulai harus bisa dikerjakan setiap hari secara konsisten.
Family forum keluarga saya ditentukan pada malam hari saat kami selesai makan malam, dimana saya dan suami sudah bisa santai dan bisa fokus pada anak-anak.

Bahasan kami kali ini adalah tentang agenda saya besok harinya dimana saya akan menghadiri acara milad nova. Saya masih belum menentukan apakah anak-anak akan ikut atau tidak. Lalu dengan bekal ilmu komunikasi produktif kami memberi pilihan pada anak-anak. Pertanyaan saya ajukan pada Rais, anak kedua kami yg berusia 2,5thn apakah mau ikut bunda atau tidak? Rais spontan jawab "ikuuut", ๐Ÿ˜๐Ÿ˜

Berbeda dengan tetehnya (6 thn) Husna, begitu ditanya mulai mempertimbangkan jika ikut bagaimana disana? Dan jika tidak, akan bagaimana disini?
Saya menjelaskan situasi dan kondisi jika ikut, dan juga jika tidak (karena disana tidak disediakan kids corner). Dan berdasarkan pertimbangannya husna memilih tidak ikut.

Baiklah, saya dan suami menghargai keputusannya dan membuat kesepakatan apa dan bagaimana husna saat saya tinggal. Saya yakinkan sekali lagi apakah benar husna tidak akan ikut, dan dengan mantap dia menjawab "ga ikut"
Setelah itu saya siapkan kebutuhannya, saya sampaikan apa yang saya inginkan dan memastikan husna baik-baik saja saat saya tinggal.


#hari1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Rabu, 25 Januari 2017

Materi Matrikulasi Ibu Profesional Sesi #9 BUNDA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN

Bunda Sebagai Agen Perubahan


Perempuan khususnya seorang ibu adalah instrumen utama yang sangat berperan sebagai agen perubahan. Dari sisi individu untuk menjadi agen perubahan adalah hak semua orang tidak berbatas gender. Karena semua memiliki potensi dasar yang sama berupa akal, naluri dan kebutuhan fisik. Sedangkan dalam konteks masyarakat, keberadaan ibu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan keluarga, dimana keduanya memiliki porsi prioritas yang sama.
Keberadaan Ibu di masyarakat akan meningkatkan kualitas pendidikan keluarga di rumah, demikian juga pendidikan keluarga di rumah akan memberikan imbas positif pada peningkatan kualitas masyarakat.

Maka berkali-kali di Ibu Profesional kita selalu mengatakan betapa pentingnya mendidik seorang perempuan itu. Karena

“mendidik 1 perempuan sama dengan mendidik 1 generasi”

Maka apabila ada 1 ibu membuat perubahan maka akan terbentuk perubahan 1 generasi yaitu generasi anak-anak kita. Luar biasa kan impactnya.

Darimanakah mulainya?

Kembali lagi, kita harus memulai perubahan di ranah aktivitas yang mungkin menjadi

“MISI SPESIFIK HIDUP KITA”

Kita harus paham JALAN HIDUP kita ada dimana. Setelah itu baru menggunakan berbagai CARA MENUJU SUKSES.

Setelah menemukan jalan hidup, segera lihat lingkaran 1 anda, yaitu keluarga. Perubahan-perubahan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membuat keluarga kita menjadi CHANGEMAKER FAMILY.

Mulailah dengan perubahan-perubahan kecil yang selalu konsisten dijalankan. Hal ini untuk melatih keistiqomahan kita terhadap sebuah perubahan.

Maka gunakan pola kaizen ( Kai = perubahan , Zen = baik) Kaizen adalah suatu filosofi dari Jepang yang memfokuskan diri pada pengembangan dan penyempurnaan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Setelah terjadi perubahan-perubahan di keluarga kita, mulailah masuk lingkaran 2 yaitu masyarakat /komunitas sekitar kita. Lihatlah sekeliling kita, pasti ada misi spesifik Allah menempatkan kita di RT ini, di Kecamatan ini, di kota ini atau di negara ini. Lihatlah kemampuan anda, mampu di level mana. Maka jalankan perubahan-perubahan tersebut, dari hal  kecil yang kita bisa.


START FROM THE EMPHATY

Inilah kuncinya.

Mulailah perubahan di masyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sudah kita lakukan di keluarga.

Sehingga aktivitas kita di masyarakat tidak akan bertabrakan dengan kepentingan keluarga. Bahkan akan saling mendukung dan melengkapi.

Setelah EMPHATY maka tambahkan PASSION  , hal ini akan membuat kita menemukan banyak sekali SOLUSI di masayarakat.


KELUARGA tetap no 1, ketika bunda aktif di masyarakat dan suami protes , maka itu warning lampu kuning untuk aktivitas kita, berarti ada yang tidak seimbang. Apabila anak yang sudah protes, maka itu warning keras, LAMPU MERAH. Artinya anda harus menata ulang tujuan utama kita aktif di masyarakat.

Inilah indikator bunda shalehah, yaitu bunda yang keberadaannya bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan lingkungan sekitarnya.

Sehingga sebagai makhluk ciptaan Allah, kita bisa berkontribusi kebermanfaatan peran kita di dunia ini dengan “Rasa TENTRAM”.

Salam


/Tim Matrikulasi IIP/

Link Video:
Sumber Bacaan:

Masaaki Ima, Kaizen Method, Jakarta , 2012
Ashoka Foundation, Be a Changemaker: Start from the Emphaty,  2010
Materi-materi hasil diskusi keluarga bersama Bapak Dodik Mariyanto, Padepokan Margosari,  2016

Diskusi dan Tanya Jawab 

1. Indah
Teteh kalau posisi kita belum menikah, yang memberi kita lampu kuning atau merah cukup orangtua kah? Terus teh bagaimana kalau kita sudah terjun ke masyarakat terlebih dahulu sebelum menikah teh, apakah kita harus vakum dulu ketika menikah dan mempunyai anak?
Jawab:
Yup betul teh Indah, saat kita belum menikah orang tua kitalah sebagai customer kita.
Itulah keuntungannya kita mengenal ilmu ini sebelum menikah, sebagai persiapan agar dalam mengaplikasikannya sudah mengetahui langkah-langkah problem solving saat menemukan tantangan yang sesungguhnya nanti.
Untuk pertanyaan kedua, jawabannya tergantung pada kesepakatan antara suami dan istri. Tentang manajemen waktu juga tentunya. Keterampilan setiap individu (istri) itu sangat berbeda.
Ada yang mampu melakukan berbagai hal dalam satu waktu dengan optimal, ada yang harus fokus mengerjakan satu hal baru bisa mengerjakan hal yang lain.

2. Vita
a. Teh, indikasi2 apa yg bisa jadi pegangan kita bahwa kita siap terjun ke masyarakat?
Jawab: 
Di sesi sebelumnya pernah saya bahas, saya kutip lagi biar paham ya...
Ini adalah indikator keberhasilan ibu profesional setiap tahapannya.

๐Ÿ”…BUNDA SAYANG
a. Apakah anak-anak semakin senang dan bangga dididik oleh ibunya?
b. Apakah suami semakin senang dan bangga melihat cara istrinya mendidik anak-anak, sehingga keinginannya terlibat dalam pendidikan anak semakin tinggi?
c. Berapa ilmu tentang pendidikan anak yang kita pelajari dalam satu tahun ini?
d. Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan bersama anak-anak?

๐Ÿ”…BUNDA CEKATAN
a. Apakah manajemen pengelolaan rumah tangga kita menjadi semakin baik?
b.Apakah kita sudah bisa meningkatkan peran kita di rumah? Misal dulu sebagai “kasir” keluarga sekarang menjadi “manajer keuangan keluarga”.
c.Berapa ilmu tentang manajemen rumah tangga yang sudah kita pelajari dalam satu tahun ini?
d.Berapa ilmu yang sudah kita praktekkan dalam mengelola rumah tangga

๐Ÿ”…BUNDA PRODUKTIF
a. Apakah kita semakin menemukan minat dan bakat kita?
b. Bagaimana cara kita memperbanyak jam terbang di ranah minat dan bakat kita tersebut?
c. Apakah kita merasa menikmati (enjoy), mudah (easy), menjadi yang terbaik (excellent) di ranah minat dan bakat kita ini?
d. Bagaimana cara kita bisa produktif dan atau mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan anak dan keluarga?

๐Ÿ”…BUNDA SHALEHA
a. Nilai-nilai apa saja yang kita perjuangkan dalam hidup ini?
b. Apa yang ingin kita wariskan di muka bumi ini, yang tidak akan pernah mati ketika kita tiada?
c. Program berbagi apa yang akan kita jalankan secara terus menerus?
d. Apakah kita merasa bahagia dengan program tersebut?✅

b. Bisakah, program belajar di bunda sayang dan bunda cekatan kita lakukan sekaligus berbarengan dgn kegiatan kita di bunda produktif?
Jawab : 
Jawabannya tergantung pada masing2 individu. Jika individu itu mampu melakukan banyak hal dalam satu waktu, silahkan...
Tapi ada istilah basa sunda "tong ngarawu ku siku"
Jadi alangkah baiknya bila semua kegiatan dilakukan step by step, one bite a time.
Paling tidak, lakukan selama 90 hari agar menjadi habits.
Setelah itu baru melangkah ke tahap selanjutnya. ✅
3. Tsara
Ketika lampu kuning atau merah menyala, apakah yang baiknya kita lakukan? Mundur dulu dari masyarakat utk sementara waktu dan kembali ke rumah atau tetap mengerjakan yang di luar sambil memperbaiki yang di dalam?
Hatur nuhun teh ๐Ÿ™๐Ÿผ
Jawab: 
Yup, sebaiknya istirahat dulu dari kegiatan diluar rumah, penuhi dulu kebutuhan (dan keinginan) anak dan suami. Perbaiki manajemen waktu.
Setelah mereka mengizinkan, baru kita bisa keluar lagi. Atau ada baiknya kegiatan keluar melibatkan anggota keluarga yang lain sebagai home team.
4. Diah
a. Setelah melihat penjelasan bu Septi, berarti kita harus berubah di keluarga dulu baru ke luar. Jika kita mengambil peran di luar berbarengan dengan usaha perubahan di dalam apakah bisa efektif? Atau diperbolehkan?
Jawab : 
Pertanyaannya hampir sama semua ya...
Sepertinya teman2 disini sudah pada gak sabar ingin keluar sebelum menyelesaikan kewajiban di dalam rumah.
Padahal saat kita benar2 fokus, sungguh2 didalam, akan ada waktunya Allah berikan jalan untuk kita bisa keluar rumah tanpa meninggalkan kewajiban kita didalam rumah.
"Bersungguh-sungguhlah di dalam, maka kau akan keluar dengan kesunguhan itu" (Dodik M)
Lakukanlah kewajiban kita sebagai istri dan ibu, maka insyaAllah bonusnya akan kita dapatkan sebagai kejutan dari Allah.✅
5. Triana
Berkaitan dengan EmISol (Empati passIon Solusi), bagaimana jika ternyata setelah berempati trhdp lingkungan sekitar, ditemukan tantangan, tetapi tdk berhubungan  dengan passion kita, apakah solusi tdk bisa didapatkan dari kita? Sedangkan dalam kaizen itu lakukan improvement terus menerus. Mohon pencerahannya, htrnhun.
Jawab:
Itulah manfaatnya kita hidup berkomunitas, mempelajari sisi unik setiap individu. Kita boleh bekerja sama dalam bidang yang sama dengan peran yang berbeda.
Setiap tantangan (permasalahan sosial) yang kita temukan dimasyarakat, bisa didiskusikan bersama2 dan disesuaikan dengan passion anggota masing-masing agar mendapatkan solusi bersama2.
Kita ambil tantangan yang sesuai dengan passion kita, tidak perlu mengambil tantangan yang tidak sesuai. Karena saya yakin di masyarakat ini akan beragam tantangan yang kita temukan.
Berikut penjelasan lebih dalam dari kaizen, saya kutip dari hasil diskusi digrup fasil matrix nasional.
Kaizen merupakan aktivitas harian yang pada prinsipnya memiliki dasar sebagai berikut:
Berorientasi pada proses dan hasil. Berpikir secara sistematis pada seluruh proses.Tidak menyalahkan, tetapi terus belajar dari kesalahan yang terjadi di lapangan.
[Materi ini ada di Bunda Cekatan secara lengkapnya, saya ambil beberapa point penting]
Beberapa point penting dalam proses penerapan KAIZEN yaitu :
๐Ÿ€Konsep 3M (Muda, Mura, dan Muri) dalam istilah Jepang. Konsep ini dibentuk untuk mengurangi kelelahan, meningkatkan mutu, mempersingkat waktu dan mengurangi atau efsiensi biaya. Muda diartikan sebagai mengurangi pemborosan, Mura diartikan sebagai mengurangi perbedaan dan Muri diartikan sebagai mengurangi ketegangan.
๐Ÿ€Gerakkan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) atau 5R. Seiri artinya membereskan tempat kerja. Seiton berarti menyimpan dengan teratur. Seiso berarti memelihara tempat kerja supaya tetap bersih. Seiketsu berarti kebersihan pribadi. Shitsuke berarti disiplin, dengan selalu mentaati prosedur ditempat kerja. Di Indonesia 5S diterjemahkan menjadi 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin
๐Ÿ€Konsep PDCA dalam KAIZEN. Setiap aktivitas usaha yang kita lakukan perlu dilakukan dengan prosedur yang benar guna mencapai tujuan yang kita harapkan. Maka PDCA (Plan, Do, Check dan Action) harus dilakukan terus menerus.
๐Ÿ€Konsep 5W + 1H. Salah satu alat pola pikir untuk menjalankan roda PDCA dalam kegiatan KAIZEN adalah dengan teknik bertanya dengan pertanyaan dasar 5W + 1H ( What, Who, Why, Where, When dan How).

6. Anisa
a.Maksud dari mulai perubahan dimasyarakat dengan membesarkan skala perubahan yang sdh dilakukan dikeluarga itu gimana teh? Bisa dicontohkan jg ngga?
Jawab:
Misalnya setelah kita melakukan perubahan mendasar di keluarga, misalnya dengan menerapkan ilmu tentang komunikasi produktif dalam keluarga, dan setelah merasakan manfaatnya oleh diri sendiri dan keluarga, lalu kita bisa membagikan pengalaman kita saat menerapkan komunikasi produktif ke masyarakat dan mengajak mereka menggunakannya. ✅

b. Materi kali ini ttg tahapan bunda saleha ya teh? Berarti tingkatan ini kalau kita sdh berhasil di tahapan bunda produktif kah? Tapi kalau saya baca sekilas sepertinya pelaksanaan nya berbarengan ya antara bunda produktif dan bunda saleha.
Nuhuun jawaban nya tteh fasil ๐Ÿ˜˜
Jawab : 
Bisa jadi pengamalannya dilakukan bersama2, tergantung bidang apa dan peran apa yang kita ambil. Dan apakah tindakan yang kita lakukan di bunda soliha ini memperbanyak jam terbang kita di bunda produktif atau tidak.
Kembali lagi, semuanya tergantung kepada individu masing2. Karena setiap individu itu unik. Yang paling penting semua yang kita lakukan atas dasar kesadaran penuh.
Kesadaran akan kewajiban kita menjalankan amanah sebagai istri, ibu, dan individu. Diharapkan semuanya bisa seimbang dan sejalan dengan misi spesifik hidup kita.✅